Perdana Menteri China, Li Keqiang mengatakan kepada para pemimpin Uni Eropa pada Jumat (1/4), bahwa China akan mendorong perdamaian di Ukraina dengan cara mereka sendiri.
"China selalu mencari perdamaian dan mempromosikan negosiasi dan bersedia untuk terus memainkan peran konstruktif dengan komunitas internasional," ujar Li kepada saluran televisi negara
CCTV.
“China mengikuti kebijakan perdamaian luar negeri yang independen, dan berdiri untuk mematuhi tujuan dan prinsip-prinsip Piagam PBB, menegakkan hukum internasional dan norma-norma dasar yang diakui secara luas. Kami akan menyelesaikan perselisihan dan konflik melalui dialog dan negosiasi,†tambahnya.
Pernyataan Li juga selaras dengan ucapan Presiden China, Xi Jinping di mana Ia berharap Uni Eropa akan memperlakukan China secara independen, menyampingkan dirinya dengan cara Eropa dan Amerika Serikat dalam mengatasi perang itu, yakni dengan sanksi.
Permintaan jaminan itu datang dari pihak Uni Eropa, yang mengatakan kepada Li dan Xi untuk tidak mengizinkan Moskow menghindari sanksi Barat yang dikenakan atas invasi Rusia ke Ukraina.
"Kami meminta China untuk membantu mengakhiri perang di Ukraina. China tidak bisa menutup mata terhadap pelanggaran Rusia terhadap hukum internasional," kata Presiden Dewan Eropa, Charles Michel dalam KTT Uni Eropa-China.
"Setiap upaya untuk menghindari sanksi atau memberikan bantuan kepada Rusia akan memperpanjang perang," katanya.
Michel mengatakan kedua pihak sepakat bahwa perang Ukraina itu, mengancam keamanan global dan ekonomi global.
Namun China sedang menjalin hubungan energi, perdagangan, dan keamanan yang lebih dekat dengan Rusia, memposisikan dirinya sebagai kekuatan global yang dapat melawan AS.
Ini terlihat jelas dalam deklarasi kemitraan strategis tanpa batas antar China -Rusia, beberapa minggu sebelum invasi 24 Februari.
China pada umumnya tidak mengutuk tindakan Rusia di Ukraina atau menyebutnya sebagai invasi, dan telah berulang kali mengkritik apa yang disebutnya sanksi Barat yang ilegal dan sepihak.
BERITA TERKAIT: