Hal itu ia ungkap lewat pesan teks terakhir yang dikirim kepada ibunya di Rusia. Pesan tersebut juga ditampilkan oleh Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya di hadapan Majelis Umum PBB pada Selasa (1/3).
Selama pertemuan darurat Majelis Umum PBB, Kyslysta mengangkat fotokopi dari pesan tersebut.
"Mama, aku di Ukraina. Ada perang nyata yang berkecamuk di sini. Aku takut. Kami mengebom semua kota, bahkan menargetkan warga sipil. Kami diberitahu bahwa mereka akan menyambut kami dan mereka jatuh di bawah kendaraan lapis baja kami, melemparkan diri mereka ke bawah kemudi dan tidak mengizinkan kami lewat. Mereka menyebut kami fasis. Mama, ini sangat sulit," begitu salah satu pesan tersebut.
Pesan teks tersebut dilaporkan dirilis oleh Layanan Keamanan Ukraina di Telegram dan dipublikasikan di media Ukraina.
Menurut
The National Post, tentara itu diyakini telah tewas dalam pertempuran dan pesan teks itu diyakini dikirim beberapa saat sebelum kematiannya.
“Jika Ukraina tidak bertahan, perdamaian internasional tidak akan bertahan. Jika Ukraina tidak bertahan, PBB tidak akan bertahan,†ujarnya.
Invasi Rusia dimulai pada 24 Februari dan telah menyebabkan kemarahan internasional, dengan banyak larangan dan sanksi ditempatkan pada Rusia.
BERITA TERKAIT: