Dimuat
Global Times pada Minggu (13/2), analis China mengatakan bahwa Amerika sengaja menjaga krisis agar tetap intens demi meraup sejumlah keuntungan.
Di antaranya, melegitimasi kehadiran militernya di Eropa dengan mengutuk Rusia dan meracuni hubungan Rusia-Uni Eropa. Lalu meningkatkan ketidakpastian dan kekhawatiran untuk membahayakan ekonomi zona euro sehingga akan ada lebih banyak pelarian modal dari benua ke AS dan dengan demikian mengurangi tekanan inflasi AS. Serta menggunakan ketegangan untuk menimbulkan masalah bagi hubungan China-Rusia.
Dengan kata lain, AS mengorbankan keamanan Ukraina untuk menjalankan strateginya sendiri untuk bersaing dengan Rusia.
Jin Canrong, associate dekan School of International Studies di Renmin University of China punya pendapat mengenai sikap Washington atas ketegangan di Eropa.
"Sama sekali tidak perlu bagi Rusia untuk menyerang Ukraina pada tahap ini kecuali jika Ukraina meluncurkan serangan terhadap Krimea atau wilayah Ukraina Timur terlebih dahulu," kata Jin.
Namun, Washington terus melakukan upaya besar untuk menyebarkan informasi tentang 'invasi Rusia' dalam beberapa bulan terakhir, meskipun informasi terdengar sangat tidak realistis dan berbahaya bagi situasi.
"Jadi AS melakukan ini untuk alasannya sendiri," kata Jin.
Senada Jin, Li Haidong, seorang profesor dari Institut Hubungan Universitas Luar Negeri China mengatakan Amerika sedang mencari keuntungan demi mendatangkan para pemodal Eropa.
"Analisis yang paling masuk akal adalah bahwa situasi yang memburuk dapat membuat para pemodal Eropa mencari tempat berlindung yang aman di AS, dan ini dapat mengurangi tekanan AS terhadap inflasi, seperti yang telah dilakukan AS sebelumnya," kata Li.
"Tapi ibu kota Eropa sudah matang, dan tidak ada tanda-tanda transfer modal besar ke pasar AS, jadi mungkin inilah mengapa AS berupaya meningkatkan ketegangan," sambung Jin.
Mengutkan militer untuk menjaga perbatasannya tanpa perlu menyerang Ukraina adalah pilihan terbaik bagi Rusia saat ini. Moskow perlu membuat NATO merasakan risikonya dan tidak ingin Ukraina bergabung dengan NATO.
Perang panas akan menghancurkan segalanya. Baik Moskow maupun Kiev tidak mampu menghadapi skenario yang tidak terduga seperti itu.
“Ada kemungkinan jika Moskow dan Kiev sama-sama tenang, AS akan menggunakan proxy-nya, seperti LSM atau agen di Ukraina untuk membuat masalah baru atau memicu konflik antara Rusia dan Ukraina. Ini yang perlu kita perhatikan, bukan daripada mengkhawatirkan apa yang disebut 'invasi Rusia' yang digembar-gemborkan oleh AS," kata Jin.
Analis mengatakan tidak ada pihak yang dapat menanggung konsekuensi dari situasi di luar kendali secara total, dan jika konflik pecah, AS tidak akan menjadi pihak yang kalah, dan bahkan dapat diuntungkan jika konflik tetap terbatas.
Dalam skenario ini, akan merugikan Ukraina dan tetangganya, sehingga Washington yang berpotensi menyambut konflik, bukan Moskow, Kiev, Paris, atau pihak lain.