Hal itu terungkap dari laporan
CNN yang mengutip pejabat pertahanan AS yang tidak disebutkan namanya pada Kamis (3/4) waktu setempat.
Kantor berita itu melaporkan bahwa Washington mengatakan kepada Moskow bahwa mereka akan beroperasi di wilayah umum yang luas di barat laut Suriah, selama jangka waktu tertentu, dan menyuruh mereka untuk menjauh dari daerah itu.
Ini bukan pertama kalinya kedua negara bekerja sama di Suriah, meskipun Rusia percaya bahwa Amerika beroperasi di negara itu secara ilegal. Operasi Rusia dimulai pada 2015, setelah Presiden Suriah Bashar Assad meminta bantuan militer dari Kremlin.
Menurut hukum internasional, kehadiran militer AS adalah pendudukan ilegal karena pasukan Amerika masuk ke negara itu tanpa undangan dari pemerintah.
Operasi yang dilakukan oleh militer AS pada Rabu malam (2/2) itu merupakan serangan kontraterorisme dengan tujuan membunuh Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi, pemimpin ISIS, yang diduga terlibat dalam aktivitas teroris sejak kelompok itu lahir lahir di awal tahun 2000-an.
"Ini adalah seseorang yang memainkan peran operasional yang signifikan hari demi hari dalam operasi yang tetap kuat dan yang masih mencoba menargetkan Amerika Serikat, rakyat kami, dan sekutu kami," kata Deputi Penasihat Keamanan Nasional AS Jon Finer kepada Saluran TV PBS, setelah penggerebekan.
Menurut Washington, pasukan AS mendekati kompleks tempat al-Qurayshi bersembunyi dengan berjalan kaki, sebagai bagian dari rencana untuk meminimalkan korban sipil. Alih-alih melakukan serangan drone terhadap target, tentara AS memberi mereka yang tersembunyi di dalam gedung kesempatan untuk keluar dan ditahan.
Pemimpin ISIS yang bersembunyi di lantai tiga gedung tersebut malah memilih meledakkan diri menggunakan rompi bunuh diri, juga membunuh anggota keluarganya sendiri yang selama ini tinggal di gedung tersebut. Empat wanita dan enam anak termasuk di antara korban tewas.
Pada Kamis pagi, Presiden Joe Biden mengumumkan serangan itu telah berhasil, menyatakan bahwa pemimpin kelompok IS telah dibunuh oleh pasukan militer AS. Berbicara dari Ruang Roosevelt di Gedung Putih, Presiden Amerika menambahkan bahwa “berkat keberanian pasukan (AS),†operasi itu “telah menghilangkan ancaman teroris besar.â€
Kerja sama terbaru antara Moskow dan Washington terjadi ketika ketegangan antara kedua ibu kota tetap tinggi, dengan keduanya saling menuduh berada di balik ketidakstabilan yang meningkat di perbatasan antara Rusia dan Ukraina.
Moskow dituduh menempatkan 100.000 tentara di perbatasan, dengan beberapa menuduhnya merencanakan serangan. Klaim ini telah berulang kali dibantah oleh Kremlin dan juga diremehkan oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
BERITA TERKAIT: