Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Miris, 2.000 Anak yang Direkrut Houthi Yaman Tewas di Medan Tempur

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Minggu, 30 Januari 2022, 20:24 WIB
Miris, 2.000 Anak yang Direkrut Houthi Yaman Tewas di Medan Tempur
Pejuang Houthi berjalan melewati gerbang kedutaan AS di Sanaa, Yaman /Net
rmol news logo Hampir 2.000 anak yang direkrut oleh pemberontak Houthi Yaman telah tewas di medan perang. Begitu data yang dipaparkan oleh sejulah ahli di PBB yang dilaporkan kepada Dewan Keamanan pada akhir pekan ini.

Dalam laporan tahunan itu, para ahli di PBB mengatakan mereka telah menemukan bukti bahwa Houthi menggunakan beberapa kamp musim panas dan sebuah masjid untuk menyebarkan ideologi mereka dan merekrut anak-anak untuk melawan pemerintah Yaman yang diakui secara internasional.

"Anak-anak diinstruksikan untuk meneriakkan slogan Houthi 'matilah Amerika, matilah Israel, kutuk orang-orang Yahudi, kemenangan bagi Islam'," kata empat anggota panel ahli dalam laporan itu.

“Di satu kamp, ​​anak-anak berusia 7 tahun diajari membersihkan senjata dan menghindari roket," sambungnya.

Panel tersebut mengatakan bahwa mereka menerima daftar 1.406 anak-anak yang direkrut oleh Houthi yang tewas di medan perang pada tahun 2020 serta daftar 562 tentara anak yang terbunuh antara Januari dan Mei 2021.

“Mereka berusia antara 10 dan 17 tahun,” kata para ahli.

Sebagian besar di antara mereka tewas di wilayah Amran, Dhamar, Hajjah, Hodeidah, Ibb, Saada dan Sanaa, di mana pertempuran kerap terjadi.

Para ahli mengecam penggunaan tentara anak dalam konflik tujuh tahun di Yaman dan meminta semua pihak untuk menahan diri dari upaya merekrut tentara anak.

Para ahli juga merekomendasikan untuk menjatuhkan sanksi kepada mereka yang melakukannya.

Laporan setebal 300 halaman itu juga menemukan para pemberontak, yang menguasai ibu kota Sanaa, terus mendapatkan komponen penting untuk sistem senjata mereka dari perusahaan-perusahaan di Eropa dan Asia, menggunakan jaringan perantara yang kompleks untuk mengaburkan rantai penjagaan.

“Semua pasukan militer dan paramiliter yang setia kepada otoritas yang berbasis di Sanaa termasuk dalam definisi ini, karena melanggar embargo senjata yang diberlakukan PBB," sambung laporan yang sama, seperti dikabarkan Al Jazeera. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA