Menurutnya, ketegangan di perbatasan Ukraina sebenarnya diciptakan oleh negara-negara Barat sendiri lewat propaganda palsu yang mereka sebarkan. Penumpukan pasukan Rusia di perbatasan dipandang sebagai gerakan Rusia yang akan menginvansi Ukraina.
“Kami telah mendengar pernyataan Aliansi Atlantik Utara tentang penguatan pertahanan, mereka mengirim pasukan tambahan dan sumber daya ke sisi timur. Ini terjadi bukan karena apa yang Russia lakukan. Ini semua terjadi karena apa yang dilakukan NATO dan AS serta informasi yang mereka sebarkan,†kata Peskov seperti dikutip
The Guardian, Senin (23/1).
Wakil menteri luar negeri Rusia, Alexander Grushko, mengutuk pengerahan pasukan NATO, mengatakan bahwa aliansi militer itu mengecam Rusia hanya untuk membenarkan aktivitas mereka di sisi timur.
“Ini bukan hal baru. NATO menggunakan bahasa ancaman untuk membenarkan aktivitasnya," kata Grushko.
Pada Senin (23/1), NATO dalam pernyataannya mengatakan akan mengirim kapal tambahan dan jet tempur ke Eropa Timur, menyusul laporan bahwa pemerintahan Biden sedang mempertimbangkan untuk mengirim ribuan pasukan AS serta persenjataan untuk memperkuat sekutu NATO di Polandia dan Baltik dan memberlakukan kontrol ekspor baru yang bertujuan merusak industri strategis Rusia.
Pengerahan pasukan tambahan itu adalah perkembangan terkini sebagai tanggapan atas pencaplokan Krimea oleh Rusia pada 2014, dan berlanjut pada konflik Donbas.
Rusia kemudian mengirimkan lebih dari 100.000 tentaranya ke perbatasan Ukraina, yang diklaim oleh Ukraina sebagai rencana invasi terhadap wilayahnya.
Dalam pernyataan bersama, para menteri Uni Eropa mengatakan mobilisasi Rusia, mengerahkan banyak pasukan di perbatasan Ukraina, merupakan ancaman bagi perdamaian dan stabilitas di benua Eropa.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: