Krisis Kemanusiaan di Depan Mata, UE Merasa Perlu Kembali Hadir di Afghanistan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Minggu, 03 Oktober 2021, 22:57 WIB
Krisis Kemanusiaan di Depan Mata, UE Merasa Perlu Kembali Hadir di Afghanistan
Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Josep Borrell menilai bahwa Brussels harus mempertahankan kehadirannya di Afghanistan/Net
rmol news logo Uni Eropa (UE) mengevakuasi semua stafnya dari Afghanistan setelah pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban pada pertengahan Agustus lalu.

Namun, seiring berjalannya waktu, kini Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Josep Borrell menilai bahwa Brussels harus mempertahankan kehadirannya di negara yang bergejolak itu.

“Kita perlu memiliki orang-orang di Afghanistan, selain pekerja kemanusiaan kita,” tulis Borrell dalam sebuah unggahan blog pada akhir pekan ini (Minggu 3/10).

Namun dia tidak merinci siapa yang dia maksud sebagai “orang-orang” itu.

“Jadi, pertanyaannya bukan apakah kita harus memiliki kehadiran UE minimal yang disetujui semua negara anggota, tetapi kapan dan bagaimana,” tambahnya.

Saat ini, UE sedang mengerjakan opsi yang memungkinkan untuk membawa blok itu kembali menempatkan perwakilannya ke Afghanistan. Borrell menyebut, pejabat Layanan Tindakan Eksternal Eropa (EEAS) saat ini sudah kembali dari misi eksplorasi ke Afghanistan.

Delegasi UE yang terdiri dari sekitar 400 staf termasuk di antara lebih dari 120 ribu orang yang diterbangkan keluar dari Afghanistan selama evakuasi yang kacau pada Agustus lalu. Evakuasi itu dilakukan menyusul pendudukan Taliban di Kabul.

Namun Borrell menilai bahwa saat ini kehadiran UE sekali lagi diperlukan di Afghanistan karena negara itu tengah mengalami krisis kemanusiaan yang serius dan keruntuhan sosial-ekonomi yang menjulang di bawah pemerintahan Taliban.

Dia menyebut, harga pangan di Afghanistan telah melonjak lebih dari 50 persen, sistem perbankan tetap lumpuh, sementara layanan kesehatan di negara itu, yang sangat bergantung pada bantuan asing, sekarang berada di ambang kehancuran.

Borrell pun menyatakan keprihatinan tentang laporan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Taliban, termasuk pengecualian anak perempuan dari sekolah dan universitas.

Menurut Borrell, UE telah meningkatkan bantuan kemanusiaannya ke Afghanistan dari 57 juta euro menjadi 200 juta euro sejak pengambilalihan Taliban. Namun mereka kemudian menghentikan bantuan pembangunannya ke negara itu, bersama dengan IMF dan Bank Dunia.

“Skenario terburuk hanya akan dapat dihindari jika Taliban mengambil langkah-langkah yang memungkinkan masyarakat internasional untuk membantu rakyat Afghanistan (termasuk di bidang hak asasi manusia)," tegasnya, sebagaimana dimuat Russia Today.

Dia menambahkan bahwa Taliban juga harus mengizinkan penerbangan kemanusiaan dan menciptakan kondisi bagi staf perempuan PBB dan badan-badan lain untuk dapat bekerja di negara itu tanpa hambatan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA