Ketua Prodi Pascasarjana Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia, Yon Machmudi memperingatkan, AS tampaknya akan menilai langkah negara-negara terhadap perkembangan di Afghanistan, termasuk mereka yang pertama mengakui rezim Taliban.
"Dalam hal ini, Amerika juga akan melihat, siapa nih yang lebih dulu mengakui kedaulatan Afghanistan di bawah Taliban? Bisa saja nanti Rusia dulu, China, diikuti Iran, Qatar, atau negara-negara lain. Indonesia paling tidak jangan di awal... paling mungkin setelah Pakistan atau negara-negara lain," kata Yon dalam diskusi
Obrolan Hati Pena pada Minggu sore (5/9).
Yon menjelaskan, langkah ini menjadi penting untuk memposisikan diri lantaran AS akan menganggap mereka yang memberikan pengakuan lebih dulu terhadap rezim Taliban telah mencondongkan diri ke China, Rusia, dan Iran.
Meski begitu, ia juga menganjurkan agar pemerintah tetap melakukan diplomasi yang kuat. Bahkan pemerintah Indonesia perlu memberikan tawaran bantuan rekonstruksi, penguatan demokrasi, dengan upaya mempromosikan Islam moderat selama masa transisi di Afghanistan.
Dalam hal ini, pendekatan yang perlu diambil oleh Indonesia bukan pendekatan ideologi, merupakan pendekatan penuh kompromi, empati, dan tidak menunjukkan resistensi.
"Indonesia harus mendekat dalam aspek masa transisi berjalan baik dan membantu penguatan kapasitas negara (Afghanistan) yang lebih demokratis dengan memperkuat Islam yang moderat," jelasnya.
"Akses yang sudah ada dari zamannya Pak JK (Jusuf Kalla), Bu Menlu harus terus dilakukan," imbuhnya.
Diskusi bertajuk "Tata Dunia di Era Pandemi: Paradigma Geopolitik & Diplomasi Internasional" itu juga menghadirkan Direktur Eksekutif Global Future Institute, Dr. Hendrajit sebagai narasumber.
BERITA TERKAIT: