Di Twitter, seorang sejarawan bernama Alex Wellerstein mengunggah sebuah gambar yang berisi memorandum bertanggal 1 Juli 1963.
"Proposal sederhana untuk mengatasi situasi di Kanal Suez," cuitnya pada Kamis (25/3).
Memorandum itu berasal dari Laboratorium Nasional Lawrence Livermore yang didukung oleh Departemen Energi AS.
Di dalam memo itu terdapat rencana penggunaan ledakan bom nuklir untuk membuat kanal yang melintasi Israel sebagai alternatif dari kanal Terusan Suez. Kanal Israel itu akan menghubungkan Mediterania dengan Teluk Aqaba sepanjang 160 mil.
Mengingat penggalian konvensional akan memakan biaya yang lebih mahal, maka dalam proposal itu disebutkan penggalian jalur air dilakukan dengan 520 bom nuklir. Lantaran setiap mil dibutuhkan empat bom berkekuatan 2 megaton. Dengan begitu total yang dibutukan adalah 1,04 gigaton.
Rencananya, kanal itu membentang melintasi gurun Negev di Israel, di mana terdapat 130 mil dari gurun yang hampir tidak berpenghuni sehingga mudah untuk proses penggalian dengan bom nuklir.
"Penyelidikan awal yang kasar menunjukkan bahwa penggunaan bom untuk membuat kanal melalui Israel tampaknya berada dalam jangkauan kelayakan teknologi," kata memo itu.
Meski begitu, di dalam memo tersebut juga dipertimbangkan masalah kelayakan politik, di mana kemungkinan negara-negara Arab di sekitar Israel akan sangat keberatan dengan pembangunan kanal tersebut.
Dikutip dari
Business Insider, jika dibuat, nantinya kanal itu akan menjadi salah satu rute perdagangan terpenting di dunia yang akan berkontribusi bagi pembangunan ekonomi.
Kandasnya kapal Ever Given sejak Selasa (23/3) telah mengganggu lalu lintas perdagangan dunia. Ratusan kapal tidak dapat melintasi kanal selama berhari-hari karena proses penyelamatan masih dilakukan.
Kemacetan yang terjadi di Terusan Suez diperkirakan telah menahan 400 juta dolar AS atau setara dengan Rp 5,7 triliun per jam dari barang yang harus dikirim.
BERITA TERKAIT: