Ungkapan penyesalan tersebut disampaikan oleh Hussein Al-Azi, pejabat senior dalam gerakan pemberontak yang terlibat dalam kampanye enam tahun melawan pemerintah yang diakui secara internasional. Dia mengatakan bahwa pihaknya tengah melakukan penyelidikan atas insiden 7 Maret lalu.
“Kami mengungkapkan penyesalan mendalam kami atas insiden tak disengaja di pusat penahanan migran di Sanaa,†akunya, menurut televisi pemberontak Al-Masirah, seperti dikutip dari
AFP, Rabu (17/3).
“Korbannya 44 orang migran dan yang terluka 193 orang, kebanyakan sudah masuk rumah sakit, dan sedang diselidiki alasan kejadian itu,†terangnya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Selasa (16/3) menyerukan penyelidikan independen atas kobaran api, tak lama setelah Human Rights Watch menyalahkan insiden tersebut pada ‘proyektil tak dikenal’ yang ditembakkan oleh Houthi.
“Harus ada penyelidikan independen atas penyebab kebakaran itu,†kata utusan PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, kepada Dewan Keamanan.
Kelompok Houthi menguasai sebagian besar Yaman utara, termasuk ibu kota Sanaa yang direbut dari pemerintah yang didukung Saudi pada tahun 2014, memicu konflik yang menghancurkan.
HRW mengatakan para tahanan telah memprotes kepadatan ketika penjaga kamp mengumpulkan ratusan dari mereka ke dalam hanggar dan menembakkan dua proyektil ke dalam gedung.
Kelompok hak asasi mengatakan ratusan migran yang terluka sedang dirawat di rumah sakit di Sanaa di mana ‘kehadiran keamanan yang ketat’ telah menimbulkan masalah bagi badan-badan kemanusiaan yang mencari akses.
Mereka juga mengutip orang-orang yang diwawancarai yang mengatakan bahwa mereka melihat Houthi menangkap kembali para migran yang tidak terluka parah.
Meskipun ada peringatan, para migran dari Tanduk Afrika di dekatnya terus transit melalui Yaman yang dilanda peperangan dan kemiskinan, mencari kehidupan yang lebih baik di negara-negara tetangga Teluk Arab yang kaya.
BERITA TERKAIT: