Baru-baru ini, Taiwan mengumumkan telah menandatangani perjanjian dengan pemerintah Guyana pada 11 Januari untuk membuka kantor perwakilan. Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan kantor tersebut telah memulai operasinya pada 15 Januari.
Pengumuman tersebut langsung disambut hangat oleh Amerika Serikat (AS), dan dikecam oleh China yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya.
Setelah itu, Kemlu Taiwan mengatakan, karena tekanan China, Guyana memutuskan mundur dari perjanjian secara sepihak. Taiwan pun menyatakan penyesalannya.
"Kami mengungkapkan ketidakpuasan dan kecaman terkuat kami terhadap pemerintah China (yang) sekali lagi menindas dan menekan ruang internasional Taiwan dan partisipasi Taiwan dalam urusan internasional," kata Kemlu, seperti dikutip
Reuters, Jumat (5/2)
"Cara pemerintah China mengatakan satu hal dan melakukan hal lain hanya akan menyoroti sifat jahatnya dan mengasingkan orang di kedua sisi Selat Taiwan," lanjutnya.
Secara tradisional, Guyana yang terletak di Amerika Selatan memiliki hubungan dekat dengan China. Kehadiran Taiwan di sana pada awalnya dianggap sebagai upaya untuk menekan pengaruh China.
Pasalnya, secara bertahap, China terus berupaya mengurangi jumlah negara yang masih mempertahankan hubungan diplomatik dengan Taiwan.
Saat ini, hanya ada 14 negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan, termasuk Haiti, Nikaragua, Nauru, dan Paraguay yang menjadi satu-satunya sekutu tersisa di Amerika Selatan.
BERITA TERKAIT: