Namanya Masuk 20 Ektremis Paling Berbahaya Di Dunia, Begini Tanggapan Mahathir Mohamad

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Selasa, 12 Januari 2021, 12:37 WIB
Namanya Masuk 20 Ektremis Paling Berbahaya Di Dunia, Begini Tanggapan Mahathir Mohamad
Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad/Net
rmol news logo Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad buka suara perihal pencatutan namanya dalam daftar 20 ekstremis paling berbahaya di dunia yang dirilis oleh Counter Extremism Project (CEP) yang berbasis di Amerika Serikat

Beberapa waktu lalu, CEP merilis "The Top 20 Most Dangerous Extreismists Around the World". Di dalamnya terdapat nama Mahathir untuk nomor ke-14, dianggap sebagai ancaman besar bagi keamanan internasional.

"Mahathir tidak secara langsung bertanggung jawab atas tindakan kekerasan tertentu. Namun pendapatnya yang kontroversial telah menimbulkan kecaman internasional, karena Mahathir diduga mendukung kekerasan ekstremis terhadap Barat," begitu CEP mendeskripsikan pria 95 tahun itu.

Menanggapi hal tersebut, Mahathir mengunggah sebuah pernyataan di blog pribadinya, Chedet.cc pada Senin (11/1).

"Tampaknya saya difitnah karena pikiran saya, sementara yang lain lolos dengan tindakan teror dan kekerasan yang mengakibatkan kematian dan kehancuran bagi yang lemah dan tertindas," ujar Mahathir.

Masuknya Mahathir ke dalam daftar 20 ekstremis paling berbahaya di dunia terkait dengan pernyataannya pada Oktober 2020 perihal serangan teror di Prancis.

Ketika itu, Mahathir mengunggah opini kontroversial yang seakan membenarkan terjadinya pembunuhan karena penghinaan terhadap agama Islam.

Namun Mahathir mengklarifikasi bahwa ia tidak mendukung pembunuhan, melainkan mengkritik pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menegaskan Islam mempromosikan terorisme.

"Macron menegaskan bahwa Islam mempromosikan terorisme. Ini sangat salah. Islam melarang pembunuhan. Pembunuhan satu orang, apakah Muslim atau bukan diibaratkan dengan pembunuhan seluruh umat manusia... Jika umat Islam membunuh itu bukan karena ajaran Islam," ujar Mahathir.

Lebih lanjut, Mahathir juga mempertanyakan daftar tersebut di mana tidak ada nama orang-orang yang bertanggung jawab atas kekerasan yang terjadi di dunia, termasuk Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pendahulunya George W. Bush, serta mantan Perdana Menteri Inggris Tonny Blair.

"Berdasarkan penyerbuan Capitol oleh pendukung Presiden Donald Trump yang berhamburan, sebagian besar dikaitkan dengan hasutannya, Trump harus dicap ekstremis," tegas Mahathir.

"Kemudian ada penghancuran total Irak oleh Bush dan Blair berdasarkan klaim yang dipalsukan memiliki senjata pemusnah massal sebagaimana dibuktikan oleh laporan Chilcot," tambahnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA