Penelitian yang dilakukan sebagai bagian dari Biaya Proyek Perang di Universitas Brown Inggris yang dipublikasikan awal pekan ini menunjukkan bahwa jumlah warga sipil di Afghanistan yang meninggal dunia akibat serangan udara pimpinan Amerika Serikat naik hampir 330 persen antara tahun 2016 hingga 2019 lalu.
Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa pada periode 2015 hingga 2019, sebanyak 1.357 warga sipil meninggal dunia akibat serangan tersebut di Afghanistan.
“Jumlah total warga sipil yang terbunuh oleh serangan udara internasional dan Angkatan Udara Afghanistan meningkat," begitu kutipan dari laporan studi tersebut, seperti dikabarkan
Press TV (Selasa, 8/12).
"Pasukan militer internasional, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, bertanggung jawab atas sebagian besar dari mereka yang terbunuh oleh serangan udara dari 2015 hingga 2019; 1.357 tewas oleh pasukan internasional, dibandingkan dengan 461 tewas oleh AAF (Angkatan Udara Afghanistan)," sambung laporan yang sama.
Para peneliti yang melakukan penelitian tersebut juga mengatakan meningkatnya jumlah kematian warga sipil tidak lain adalah sebagai hasil dari keputusan pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk melonggarkan aturan keterlibatannya dalam serangan udara di seluruh Afghanistan pada tahun 2017 lalu.
Pada tahun 2019, masih mengutip dari laporan yang sama, ditemukan data bahwa serangan udara internasional menewaskan 700 warga sipil di Afghanistan. Jumlah ini merupakan yang terbesar jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sejak invasi militer pimpinan Amerika Serikat ke negara itu dimulai pada tahun 2001.
Para penulis studi juga mencatat bahwa intensitas serangan udara pimpinan Amerika Serikat di Afghanistan menurun setelah Washington mencapai kesepakatan damai dengan Taliban pada akhir Februari tahun ini.
Namun, sejak itu, jumlah serangan udara oleh AAF meningkat.
“Pemerintah Afghanistan sekarang sedang bernegosiasi dengan Taliban dan sebagai bagian dari serangan yang lebih luas, mungkin bertujuan untuk meningkatkan pengaruh pemerintah Afghanistan dalam pembicaraan tersebut, serangan udara oleh AAF telah meningkat. Akibatnya, AAF merugikan lebih banyak warga sipil Afghanistan dibandingkan kapan pun dalam sejarahnya," bunyi laporan studi yang sama.
Dalam enam bulan pertama tahun ini, dikatakan laporan tersebut, AAF menewaskan 86 warga sipil Afghanistan dan melukai 103 dalam serangan udara. Sementara itu, antara bulan Juli dan akhir September, jumlah warga sipil Afghanistan yang tewas dan terluka masing-masing berjumlah 70 dan 90 orang.
Perkembangan itu terjadi ketika pemerintah Afghanistan dan kelompok militan Taliban mencapai kesepakatan awal pekan lalu yang menetapkan aturan untuk pembicaraan lebih lanjut. Ini adalah perjanjian tertulis pertama antara kedua belah pihak sejak invasi pimpinan Amerika Serikat pada tahun 2001.
BERITA TERKAIT: