Politisi Demokrat AS: Rusia Punya Sejarah Mengacaukan Pilpres Amerika 2016

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 13 Juni 2020, 05:59 WIB
Politisi Demokrat AS: Rusia Punya Sejarah Mengacaukan Pilpres Amerika 2016
Politisi Val Demings menginginkan informasi tentang warga negara asing yang mengeksploitasi protes Amerika/Net
rmol news logo Aksi protes yang berbuntut kerusuhan massal dan menjadi krisis Amerika mengundang dugaan adanya pihak yang memiliki kepentingan di belakang peristiwa ini. Presiden Donald Trump menuduh ada peran antifa di balik kerusuhan itu. Sementara  politisi Demokrat Val Demings meminta otoritas intelijen melacak kepentingan asing yang mengeksploitasi kerusuhan tersebut.

Val Demings bersama rekannya yang juga dari Demokrat, Raja Krishnamoorthi, memperingatkan bahwa musuh-musuh Amerika, di antaranya Rusia, memiliki sejarah hendak membangkitkan perpecahan dan ketidakpercayaan di antara orang Amerika, jadi bisa saja mereka melakukannya lagi kali ini.

Oknum-oknum itu menyuarakan keprihatinan lewat meme palsu yang tersebar di internet. Mereka  menghasut agar krisis semakin kacau sehingga menimbulkan kekerasan.

Demings dan Krishnamoorthi mengirim surat kepada Direktur Intelijen Nasional John Ratcliffe dan mendesaknya untuk menyelidiki hal itu.
"Sayangnya, kita tahu bahwa aktor asing secara historis berusaha mengeksploitasi ketegangan di komunitas Amerika selama masa-masa seperti ini," tulis Demings dan Krishnamoorthi, seperti dikutip dari Flapol, Jumat (12/6).

"Seperti yang sekarang telah dikonfirmasi secara luas oleh IC (Komunitas Intelijen AS), pemerintah Rusia mengambil berbagai langkah untuk mengeksploitasi ketegangan di Amerika dalam upaya untuk mempengaruhi pemilihan presiden 2016 yang lalu. Tindakan ini termasuk memalsukan akun dari seluruh spektrum politik, seperti meniru partai GOP Tennessee dan bahkan demonstran Black Lives Matter."

Demings dan Krishnamoorthi mengatakan, situasi saat ini dapat memberi kesempatan kepada oknum asing mencampuri urusan dalam negeri AS, dan menggunakan situasi saat ini untuk mengganggu pemilihan 2020 mendatang.

“Hal yang pernah dilakukan Rusia saat pemilihan 2016 lalu,” kata keduanya.

“Selama bertahun-tahun, komunitas minoritas mencari keadilan dan suara mereka dibungkam. Sekarang, orang Amerika di seluruh negeri berbicara dan menuntut reformasi untuk memerangi rasisme, kekerasan terkait ras, dan kebrutalan polisi, dan kami mengalami tingkat tindakan sipil dan sosial yang belum pernah terjadi sebelumnya, baik secara langsung maupun di media sosial,” tulis mereka. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA