Namun APD tersebut tidak bisa digunakan karena dianggap memiliki kualitas buruk dan tidak memenuhi standar Inggris.
Sekretaris Irlandia Utara Brandon Lewis mengatakan pada hari Kamis (7/5) bahwa 400.000 APD dari Turki dianggap tidak cukup baik bagi tim medis.
Padahal, APD itu sebelumnya digembar-gembrkan oleh sejumlah menteri Inggris beberapa pekan lalu. Mereka menyebut bahwa pengiriman APD itu akan berdampak sangat signifikan dalam menjaga pasokan APD bagi tim medis di Inggris yang menangani pasien virus corona.
Namun, sejak saat itu, pengiriman APA justru tertunda selama beberapa kali hingga akhirnya dikirim awal Mei ini.
Akan tetapi, masalah baru muncul, karena APD yang dikirim tersebut dianggap tidak sesuai standar Inggris.
Lewis mengakui, APD itu tidak berguna untuk keperluan medis.
Ratusan ribu APD itu sendiri berasal dari perusahaan swasta Turki, dan bukan pemerintah Turki.
Seorang pejabat senior Turki mengatakan kepada
Al Jazeera bahwa pemerintah Turki memberikan izin pengiriman, namun tidak terlibat.
"Pemerintah Turki mengizinkan penjualan ini meskipun ada larangan ekspor, karena solidaritas dengan pemerintah Inggris," kata pejabat tersebut.
"Namun, tidak ada bagian dari pemerintah Turki yang terlibat dalam produksi, pengemasan atau pengiriman peralatan tersebut ke Inggris," sambungnya.
Dengan demikian, perselisihan itu murni antara Inggris sebagai pemberi dan perusahaan swsta tersebut sebagai pemasok, dan bukan masalah antar pemerintah.
Pemerintah Turki sendiri sebelumnya telah menyumbangkan 250.000 APD ke Inggris dan tidak ada masalah yang muncul.
"Tidak ada masalah serupa dengan APD yang disumbangkan Turki ke Inggris, yang pemerintah Inggris dengan baik menyatakan terima kasih pada saat itu," kata pejabat itu.
BERITA TERKAIT: