Respons Kota Suwon terhadap krisis sendiri dilakukan jauh hari sebelum kota itu mengonfirmasi adanya kasus Covid-19.
"Suwon adalah pemerintah daerah terbesar di Korea yang memimpin perlawanan Covid-19 dengan respons pencegahan yang aktif," ujar pejabat Kota Suwon, Kim Hye-jung kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (30/4).
Salah satu pencegahan yang dilakukan oleh Kota Suwon adalah dengan melakukan koordinasi dengan universitas-universitas yang memiliki mahasiswa asing dari negara yang terinfeksi Covid-19.
Di mana sejak 7 Februari, Walikota Suwon, Yeom Tae-young melakukan pertemuan dengan berbagai univerisitas, seperti Universitas Kyonggi, Universitas Sunkyunkwan, dan Universitas Ajou.
Dalam koordinasi tersebut, Markas Pennggulangan Suwon dan para universitas menandatangani kesepakatan kerja sama penanggulangan bersama Covid-19 pada 14 Februari.
Isi kesepakatan tersebut mengatur kontak darurat, transportasi mahasiswa, pengawasan gerak mahasiswa di dalam maupun luar universitas dan asrama, hingga pendistribusian masker, hand sanitizer, thermometer, dan lain sebagainya.
Pihak markas juga melakukan penyemprotan disinfektan di asrama mahasiswa ketika para mahasiswa keluar dan masuk asrama.
Selain fokus pada universitas yang memiliki mahasiswa asing, pemerintah kota juga mengawasi para pelancong yang datang.
Di mana para pelancong diberikan fasilitas karantina hingga hasil tes Covid-19 mereka keluar guna menghindari adanya penyebaran infeksi di masyarakat.
Aturan tersebut pun sudah berlaku sejak 18 Februari 2020.
Beberapa lokasi yang dijadikan fasilitas karantina para pelancong di antaranya adalah National Election Commission-Korean Civic Education Institute for Democracy dan 126, Suin-ro, Gwonseon-gu.
Berdasarkan data yang diberikan per 30 Maret, sebanyak 122 pelancong berada dalam program karantina saat ini, di mana 39 masih dikarantina, dan 83 sudah meninggalkan karantina. Dari para pelancong tersebut, sebanyak 4 orang dinyatakan positif Covid-19.
BERITA TERKAIT: