Pada awalnya, seorang koresponden medis BBC, Fergus Walsh melaporkan sudah melakukan wawancara dengan tim ilmuan dari Oxford University. Walsh mengungkapkan, para ilmuan Inggris itu sedang mengerjakan vaksin SARS-CoV-2 (nama resmi virus corona baru).
"Tim di Oxford telah mengembangkan prototipe yang berhasil terhadap jenis lain virus corona, MERS. Mereka juga telah mengembangkan vaksin untuk melawan malaria," kata Walsh seperti dimuat
CGTN.
"Jika mereka tidak mendapatkan hasil cepat di Inggris, mereka sedang mempertimbangkan percobaan di Kenya di mana epidemi virus korona akan meningkat," tambahnya.
Pernyataan tersebut pun langsung memicu ledakan pertanyaan di Kenya. Warga secara besar-besaran menuntut pemerintah segera mengatasi masalah tersebut.
Dalam pidato kenegaraan pada Sabtu (25/4), Presiden Kenyatta menyebut pernyataan itu sebagai benar-benar salah.
"Beberapa orang mengatakan dalam wawancara bahwa ada penelitian yang akan dilakukan bahwa Kenya akan digunakan sebagai kelinci percobaan untuk vaksin. Klaim itu benar-benar salah,†kata Kenyatta, seperti dimuat
Citizen TVSebelumnya, warga Afrika juga sempat dibuat geram oleh pernyataan dari dua dokter Prancis yang mengatakan pengujian vaksin virus corona akan dilakukan di Afrika. Publik menganggap ide tersebut rasis karena seakan menyamakan warga Afrika dengan kelinci percobaan.
"Afrika tidak bisa dan tidak akan menjadi tempat pengujian untuk vaksin apa pun," tegasnya.
BERITA TERKAIT: