Setelah dibebaskan, Maharuddin Lunani (48 tahun) dan Samiun Maneu (27 tahun) diserahterimakan kepada keluarga di kantor Kementerian Luar Negeri, Jalan Pejambon, Jakarta, Kamis (26/12).
Dikatakan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pidato pembukaannya, keberhasilan pembebasan dua ABK tersebut tidak terlepas dari kerjasama kedua negara, yakni Indonesia dan Filipina.
"Dan sekali lagi upaya pembebasan sandera ini hanya dapat dilakukan setelah kerjasama yang sangat luar biasa baik antara kita, maksudnya antara internal pemerintah dan otoritas Indonesia. Maupun antara Indonesia dan pihak Filipina," ujar Retno.
Lebih lanjut, Retno mengatakan, upaya diplomasi tingkat tinggi dilakukan di antaranya pada saat pertemuan bilateral Presiden Joko Widodo dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte di sela-sela ASEAN-RoK Summit di Busan, Korea Selatan pada November lalu.
Pada saat itu, menurut Retno, Jokowi telah menyampaikan kepada Duterte untuk memberikan perhatian bagi tiga WNI yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf.
"Pada saat itu, Presiden Duterte langsung menyampaikan komitmen untuk membantu sekuat tenaga," lanjutnya.
Selain diplomasi yang dijalankan oleh Jokowi, Retno mengungkapkan dirinya pun telah meminta hal yang sama pada saat bertemu dengan Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana. Dan akhirnya upaya diplomasi tersebut ditindaklanjuti oleh pihak Filipina.
Sementara di dalam negeri, ada banyam pihak yang berperan dalam pembebasan Maharuddin dan Samiun. Di antaranya adalah Kemlu, Badan Intelijen Strategis (Bais), Badan Intelijen Negara (BIN), hingga Panglima TNI yang semuanya dikoordinasikan di bawah Kemenko Polhukam.
Tim dari Indonesia sendiri, lanjut Retno, juga melakukan komunikasi dan kerja sama yang intensif dengan pihak Western Mindanao Command (WestMinCom).
"Dan pada akhirnya, dua dari tiga sandera dapat dibebaskan dengab selamat," pungkas Retno.
BERITA TERKAIT: