Bangkitnya Naga Tidur, China Siap Geser AS Jadi "Penguasa" Laut?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Senin, 23 Desember 2019, 21:38 WIB
Bangkitnya Naga Tidur, China Siap Geser AS Jadi "Penguasa" Laut?
Xi Jinping dan Pasukan ANgkatan Laut China/Net
rmol news logo China memiliki potensi kuat untuk menggeser Amerika Serikat sebagai "penguasa" modern di lautan dunia. Bukan tanpa alasan, pasalnya negeri tirai bambu terus menerus melakukan pembangunan pesat kekuatan angkatan lautnya.

Dikabarkan majalah bisnis Forbes baru-baru ini, proses modernisasi Angkatan Laut China tengah berlangsung dalam skala besar dan mencengangkan. Bukan omong kosong belaka, Forbes menyertakan sejumlah foto yang menunjukkan pekerjaan di salah satu galangan kapal militer China yang terletak di dekat Shanghai.
Foto-foto tersebut menunjukkan di galangan kapal tersebut terdapat sembilan kapal perusak yang baru dibangun. Kapal-kapal tersebut tampak berjajar di sepanjang dermaga.

Jumlah tersebut cukup mengejutkan, karena sebagai perbandingan, seluruh Angkatan Laut Kerajaan Inggris saja hanya memiliki total enam kapal di kelas serupa.

Tidak berhenti sampai di situ, galangan yang sama juga membangun kapal induk terbaru China yang merupakan kapal induk ketiga berturut-turut yang dibuat negara tersebut.

Sebagai informasi, kapal induk kedua China yang telah dibangun sebelumnya diberi nama Shandong dan telah ditugaskan oleh Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN) awal pekan ini. Kapal induk ini dirancang untuk membawa 36 jet tempur J-15.

Diperkirakan, kapal induk ketiga yang saat ini tengah dibangun di galangan kapal  Shanghai itu akan memiliki ukuran lebih besar dan dilengkapi dengan perangkat lebih baik. Bahkan secara khusus, kapal tersebut dikabarkan akan memiliki ketapel elektromagnetik seperti yang dimiliki oleh kapal terbaru Angkatan Laut AS, USS Gerald R. Ford.
Hal lain yang tidak kalah mencengangkan dari serangkaian pembangunan itu adalah fakta bahwa kapal induk tersebut sepenuhnya diproduksi di dalam negeri China dan bahwa pembangunan itu hanyalah sedikit bocoran dari pekerjaan di satu galangan kapal di China. Padahal, negara tersebut memiliki banyak galangan kapal militer di sejumlah wilayah lainnya yang juga tengah menjalankan pekerjaan pembangunan armada militer lainnya.

Karena itulah majalah bergengsi Forbes menekankan bahwa fakta-fakta soal pembangunan Angkatan Laut China yang pesat tersebut patut dikhawatirkan oleh banyak pihak, terutama Amerika Serikat.

Namun sebenarnya, kabar yang dimuat Forbes itu agaknya bukan hal yang cukup mengejutkan. Pasalnya beberapa bulan lalu, media dan kelompok think-tank Amerika Serikat kerap menyuarakan keprihatinan mereka soal hal yang sama, melesatnya pembangunan militer China.

Pada bulan Juni, misalnya, Pusat Keamanan Amerika Baru (CNAS) yang merupakan sebuah think tank yang berbasis di Washington, berpendapat bahwa kemampuan industri dan teknologi China mungkin akan dapat membantunya mengalahkan Amerika Serikat di lautan. China akan mungkin mendapatkan keunggulan dalam perlombaan senjata baru.

"Soviet tidak pernah mampu menandingi, apalagi mengatasi, keunggulan teknologi Amerika Serikat. Hal yang sama mungkin tidak berlaku untuk China," begitu keterangan yang dirilis CNAS pada saat itu.

Keterangan serupa menekankan bahwa China merupakan negara yang berusaha untuk mencapai kesetaraan dalam hal teknologi. Namun pada akhirnya, China akan bisa mendominasi teknologi yang ada di dunia.

Serupa dengan CNAS, think tank militer utama Amerika Serikat, RAND Corporation juga pernah menunjukkan dalam penelitiannya bahwa program pengembangan militer China yang cepat telah memungkinkannya untuk secara drastis menutup kesenjangan dalam kekuasaan dan teknologi. Bahkan, hal tersebut akan dapat menempatkan Amerika Serikat pada posisi yang tidak menguntungkan dalam skenario tertentu.

Sementara itu, sejumlah besar outlet media dari The Diplomat hingga National Interest juga telah menyuarakan kekhawatiran akan hal serupa. Media-media tersebut menekankan kepada para pembacanya bahwa modernisasi militer China menimbulkan tantangan bagi Amerika Serikat.

Selain itu, sejumlah pengamat menilai bahwa China memang menjadikan pasukan Angkatan Lautnya sebagai landasan modernisasi militer. Negara tersebut secara aktif mengejar peran kekuatan militer global yang mampu memproyeksikan kekuatannya ke sudut mana pun di dunia.

"Lebih mudah bagi China untuk menambah jumlah armadanya karena merupakan pembuat kapal terbesar di dunia. Mereka memiliki kapasitas galangan kapal yang sangat besar, yang tidak dimiliki Amerika Serikat, karena pembuatan kapal komersialnya telah menjadi berantakan selama beberapa dekade terakhir," kata peneliti Far East di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, Vasily Kashin, seperti dimuat Russia Today (Sabtu, 21/12).

Hal senada juga diungkapkan oleh pengamat politik dan pakar militer Aleksandr Khramchikhin. Dia menggambarkan program pengembangan angkatan laut China merupakan hal yang sama sekali belum pernah terjadi di dunia.

"Orang bahkan tidak dapat menghitung semua kapal yang dibangun di sana. Program China modern tidak tertandingi di seluruh dunia dan orang Amerika bahkan tidak dapat memimpikan langkah seperti itu," ujarnya.

Khramchikhin percaya bahwa China mungkin dapat menyaingi Amerika Serikat dalam hal ukuran armada dalam satu dekade atau lebih.

"Sepuluh tahun yang lalu, Amerika Serikat memiliki 15 kapal induk dan China tidak punya. Dalam sepuluh tahun (ke depan), mereka (China) mungkin menjadi lebih, mereka (China) memiliki lebih banyak pembuat kapal daripada yang lainnya di dunia," tambahnya.

China sendiri sebenarnya secara diam-diam memiliki keunggulan teknologi yang tidak kalah dengan Amerika Serikat. Strategi Amerika Serikat dengan membatasi akses China ke teknologi modern agaknya tidak tepat. Sebab para pengamat meyakini bahwa China sudah memiliki beberapa teknologi mutakhir yang dapat dengan mudah dikembangkan lebih lanjut.

"Mereka (China) membuat kemajuan teknologi yang luar biasa," kata Kashin seraya menggarisbawahi bahwa China adalah negara kedua di dunia yang melengkapi kapal mereka dengan sistem senjata universal terpadu yang menyaingi Aegis Amerika atau sistem komando dan kontrol canggih yang menggunakan komputer dan radar yang kuat untuk melacak dan memandu senjata kapal.

Sementara itu, Khramchikhin percaya bahwa teknologi angkatan laut China dalam banyak hal telah sebanding dengan teknologi Amerika Serikat.

"Ketika datang ke permukaan kapal, China sudah memiliki beberapa teknologi paling canggih," tutupnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA