Dimuat
Al Jazeera, pada Minggu (15/12), sebuah kapal milik Lembaga Penelitian Oseanografi dan Limnologi Israel bernama Bat Galim sedang melakukan penelitian di perairan teritorial Siprus dan mengaku telah berkoordinasi dengan pejabat Siprus pada Sabtu (14/12).
Menurut laporan Kementerian Infrastruktur Nasional, Energi, dan Air Israel, kapal AL Turki kemudian menghubungi Bat Galim untuk meminta penjelasan terkait kegiatan yang sedang dilakukan dan menyerukan kapal itu untuk pergi.
Laut Mediterania sendiri menjadi rebutan dengan sumber daya alam yang melimpah terutama hidrokarbon. Beberapa waktu lalu, Turki dan Libya sebagai
claimant state melakukan perjanjian maritim untuk menjelaskan batas-batas maritim Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) kedua negara.
Perjanjian ini kemudian memicu ketegangan regional dengan Yunani, Siprus, dan Mesir yang juga mengklaim wilayah tersebut. Ketiganya mangatakan perjanjian itu tidak sesuai dengan hukum internasional. Yunani bahkan mengusir Dutabesar Libya dari negaranya.
Dengan perjanjian itu, Turki memiliki hak untuk melakukan pengeboran di ZEE Libya dengan persetujuan Tripoli. namun, menurut Uni Eropa hal tersebut melanggar hak berdaulat negara dan tidak mematuhi Hukum Laut (UNCLOS).
"Dengan perjanjian baru antara Turki dan Libya ini, kami dapat mengadakan operasi eksplorasi bersama di ZEE yang kami tentukan. Tidak ada masalah," ujar Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
"Aktor-aktor internasional lainnya tidak dapat melakukan operasi eksplorasi di wilayah-wilayah ini tanpa mendapatkan izin. Yunani, Siprus, Mesir, dan Israel tidak dapat membangun jalur transmisi gas tanpa terlebih dahulu mendapatkan izin dari Turki," tambahnya.
BERITA TERKAIT: