Bom di dalam van itu meledak ketika sebuah unit polisi mencoba menjinakkannya.
Kabar tesebut dilansir
Russia Today, merujuk pada keterangan saksi mata. Namun media lokal mengatakan bahwa itu adalah ledakan yang dikendalikan oleh polisi di dekat Gereja Katolik St. Anthony di Kolombo. Polisi menutup daerah itu sebelum meledakkan alat itu. Laporan lokal menunjukkan bahwa tidak ada korban yang jatuh.
Cuplikan dari rekaman video yang beredar menunjukkan sebuah van putih diparkir di tengah jalan, sebelum tiba-tiba meledak.
Dalam video lain, petugas berpakaian seragam menciptakan penghalang di sekitar van. Unit penjinak bom, petugas pemadam kebakaran, dan wartawan juga hadir. Namun Van itu kemudian terlihat dilalap api, tanpa ada tanda-tanda korban di sekitarnya.
Gereja St. Anthony sendiri adalah salah satu dari tiga tempat ibadah Kristen yang diserang selama serangkaian pemboman terkoordinasi pada hari Minggu Paskah kemarin (21/4).
Selain gereja, serangkaian ledakan bom kemarin juga terjadi di emoat hotel dan kompleks apartemen. Bom lain kemudian ditemukan di dekat Bandara Internasional Kolombo dan berhasil dijinakkan.
Secara keseluruhan, serangkaian serangan bom tersebut menyebabkan 290 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya terluka.
Sejauh ini, polisi Sri Lanka telah mengamankan 24 orang sehubungan dengan pemboman itu. Tetapi sejauh ini tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab. Beberapa pejabat pemerintah mengatakan bahwa pelakunya adalah ekstrimis Islam setempat, dibantu oleh jaringan internasional.