"Sangat penting bagi Amerika Serikat untuk berhenti dari metode saat ini dan mendekati kami dengan (metode) yang baru," kata Kim dalam pidato di hadapan Majelis Rakyat Tertinggi Korea Utara pada hari Jumat (13/4).
"Jika (Amerika Serikat) terus berpikiran seperti itu, dia tidak akan pernah bisa menggerakkan Korea Utara, bahkan menyerah atau mendapatkan kepentingan apa pun, tidak peduli berapa kali ia duduk untuk melakukan pembicaraan dengan Korea Utara," sambungnya seperti dimuat
Al Jazeera.
Kim menambahkan, dia akan menunggu hingga akhir tahun ini untuk Amerika Serikat membuat keputusan berani pada pertemuan lainnya.
Trump dan Kim diketahui telah bertemu untuk kedua kalinya, di Hanoi pada bulan Februari lalu. Namun pertemuan itu tidak sesukses pertemuan pertama di Singapura pada Juni 2018 lalu. Pertemuan di Hanoi berakhir dengan kegagalan dan keduanya pergi tanpa ada kesepakatan yang dibuat.
Washington menyalahkan kegagalan pertemuan kedua itu pada tuntutan Korea Utara untuk pembebasan sanksi dengan imbalan perlucutan senjata nuklir terbatas. Sedangkan Pyongyang mengatakan pihaknya hanya menginginkan beberapa langkah untuk meredaka situasi.
Kim menilai, Amerika Serikat tidak benar-benar siap menggelar pertemuan di Hanoi kemarin.
"(Amerika Serikat) tidak benar-benar siap sendiri untuk duduk bersama kami berhadapan muka dan menyelesaikan masalah," kata Kim.
Dia menekankan, terlepas dari hubungannya yang baik dengan Trump, dia hanya akan tertarik menghadiri pertemuan puncak ketiga jika KTT itu menawarkan solusi konkret untuk perselisihan tersebut.
"(Amerika Serikat) semakin meningkatkan permusuhan kepada kami setiap hari meskipun ada saran untuk menyelesaikan masalah melalui dialog," kata Kim.
Dia menilai bahwa kebijakan sanksi dan tekanan Amerika Serikat saat ini adalah tindakan bodoh dan berbahaya.
"Seperti mencoba memadamkan api dengan minyak," demikian Kim.