Ketegangan Politik Di Pilpres Brasil Picu Pembunuhan Dan Penyerangan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Sabtu, 13 Oktober 2018, 09:22 WIB
Ketegangan Politik Di Pilpres Brasil Picu Pembunuhan Dan Penyerangan
Ilustrasi/Net
rmol news logo Ketegangan politik menjelang pemilihan presiden Brasil putaran kedua diwarnai dengan serangkaian serangan dan kekerasan. Termasuk di antaranya adalah kasus pembunuhan dan penyerangan.

Pemilu medatang melibatkan dua calon utama, yakni capres sayap kanan Jair Bolsonaro dan dari kubu kiri adalah Haddad. Ketegangan yang terjadi jelang pemilu membuat masyrakat Brasil terpolarisasi.

Kantor berita AFP melaporkan beberapa kasus kekerasan terkait pemilu. Beberapa target serangan secara khusus adalah pendukung Haddad.

Sementara itu, BBC mengabarkan bahwa Bolsonaro membantah semua tudingan yang mengatakan bahwa dia ikut ambil bagian dalam upaya menghasut kekerasan.

"Saya meminta orang untuk berhenti. Tapi saya tidak mengendalikan mereka," katanya.

"Jika seorang pria yang memakai salah satu kaus (kampanye) saya terlalu jauh, apa yang bisa saya lakukan?" tambahnya.

Dia kebih lanjut mengatakan bahwa serangan kekerasan juga datang dari sisi lawan. Dia pernah menjadi korban penikaman bulan September kemarin di tengah kampanye.

Serangan berbau politik sendiri tertjadi di sebuah bar di kota timur laut di Brasil, yakni Salvador di mana seorang pria berusia 63 tahun bernama Romualdo Rosário da Costa, seorang guru seni bela diri Brasil ditikam hingga meninggal awal pekan ini. Di ditikam setelah putaran pertama pemilihan di Brasil.

Penyerangnya adalah Paulo Sérgio Ferreira de Santana, dia mengatakan kepada polisi bahwa motivasinya menikam bersifat politis. Dia marah ketika Da Costa mengatakan dia mendukung saingan Bolsonaro, dan dilaporkan pulang untuk mengambil pisau, dan kemudian kembali ke bar untuk menusuk korban sebanyak 12 kali.

Selain serangan tersebut, ketegangan politik juga menyebabkan serangan swastika di mana sekelompok pria menyerang seorang wanita berusia 19 tahun di negara bagian selatan Porto Alegre. Mereka menggambar simbol swastika di kulit wanita itu dengan menggunakan pisau lipat.

Hal itu terjadi karena wanita itu yang belum disebutkan namanya, membawa bendera LGBT dan stiker anti-Bolsonaro.

Bukan hanya itu, Asosiasi Jurnalisme Investigasi Brasil (Abraji) juga telah mencatat lebih dari 60 serangan fisik terhadap wartawan, yang terjadi dalam konteks politik, partisan dan pemilihan. [mel]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA