Begitu kabar yang dimuat
New York Times akhir pekan kemarin. Kabar tersebut menyebut bahwa setidaknya tiga kelompok berbeda dari tubuh militer Venezuela terlibat dalam upaya untuk menggulingkan pemimpin Venezuela tersebut.
Menurut laporan itu, ada rencana untuk kudeta pada musim panas 2017 lalu dan pada bulan Maret dan Mei tahun ini. Namun, ketika para pejabat Amerika Serikat menolak untuk bekerja sama, rencana untuk penggulingan Maduro menjadi berantakan.
Laporan itu muncul hanya sebulan setelah dua ledakan drone terjadi di dekat Maduro dalam upaya pembunuhan yang jelas. Maduro sendiri menyalahkan Amerika Serikat dan Kolombia atas serangan tersebut.
Al Jazeera memuat bahwa Trump pernah mengeluarkan ancaman intervensi militer terhadap Venezuela sebelumnya.
"Rakyat menderita dan mereka sekarat. Kami memiliki banyak pilihan untuk Venezuela termasuk kemungkinan opsi militer jika diperlukan," kata Trump pada bulan Agustus 2017.
Menurut laporan
New York Times, sejumlah pejabat militer Venezuela melihat deklarasi itu sebagai peluang untuk membangun saluran komunikasi dengan Amerika Serikat. Pada saat itu sejumlah pejabat militer dalam 'komplotan' kudeta bertemu diam-diam dengan pejabat Amerika Serikat. Namun pada akhirnya tidak menemukan titik kesepakatan.
Gedung Putih tidak menanggapi laporan
New York Times secara langsung soal laporan tersebut.
[mel]
BERITA TERKAIT: