Keputusannya itu mengejutkan, mengingat dia dan Presiden Sudan Selatan, Salva Kiir telah menandatangani perjanjian gencatan senjata dan pembagian kekuasaan bulan lalu. Perjanjian itu adalah salah satu dari serangkaian terobosan nyata dalam beberapa bulan terakhir.
Ketika Sudan Selatan satu langkah menuju perdamaian, Machar tiba-tiba memutuskan untuk menolak menandatangani perjanjian damai untuk menerapkan kesepakatan penuh.
"Kelompok-kelompok oposisi utama Sudan Selatan, termasuk SPLM-IO (fraksi Machar), menolak menandatangani dokumen akhir yang menuntut agar reservasi mereka dijamin di dalamnya," kata Menteri Luar Negeri Sudan Al-Dierdiry Ahmed kepada wartawan di Khartoum seperti dimuat
Al Jazeera.
Sudan sendiri merupakan negara yang membantu memediasi konflik di Sudan Selatan.
Penolakan Machar mengkhawatirkan, mengingat kesepakatan damai sebelumnya hanya bertahan beberapa bulan sebelum pertempuran dilanjutkan.
Kiir menyalahkan runtuhnya perjanjian damai sebelumnya tentang pengaruh asing.
[mel]