Studi yang dipublikasikan di Nature dan dipimpin oleh Prof Terry Hughes, direktur Pusat Keunggulan ARC untuk Studi Terumbu Karang, memeriksa hubungan antara tingkat paparan panas, pemutihan karang selanjutnya dan akhirnya kematian karang.
Tingkat dan parahnya mati karang yang dicatat di Great Barrier Reef bahkan mengejutkan para peneliti. Hughes mengatakan kepada Guardian Australia bahwa gelombang panas laut 2016 jauh lebih berbahaya daripada peristiwa pemutihan sejarah, di mana diperkirakan 5 persen hingga 10 persen karang mati.
"Ketika karang memutih dari gelombang panas, mereka bisa bertahan dan mendapatkan kembali warnanya perlahan-lahan ketika suhu turun, atau mereka bisa mati," kata Hughes.
"Rata-rata di seluruh Great Barrier Reef, kami kehilangan 30 persen dari karang dalam periode sembilan bulan antara Maret dan November 2016," sambungnya seperti dimuat
The Guardian.
Para ilmuwan berangkat untuk memetakan dampak gelombang panas laut pada terumbu sepanjang 2.300 km dari Great Barrier Reef. Mereka membangun hubungan yang erat antara karang mati dan daerah di mana paparan panas paling ekstrim. Sepertiga karang utara adalah yang paling parah terdampak.
[mel]