Lebih Buruk Dari Perang Dingin, Rusia Balas Usir Diplomat Inggris

Rabu, 28 Maret 2018, 09:54 WIB
Lebih Buruk Dari Perang Dingin, Rusia Balas Usir Diplomat Inggris
rmol news logo Rusia disudutkan terkait tuduhan serangan gas saraf terhadap bekas agen ganda Moskow Sergei Skripal di Salisbury (Inggris). Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mengusir sekitar 115 diplomat Rusia.

Sergei Skripal dan putrinya Yulia, diserang dengan zat saraf di Salisbury, Inggris selatan. Mereka saat ini tengah menjalani perawa­tan intensif di rumah sakit. Para pemimpin Uni Eropa pekan lalu menuding, besar kemungkinan Rusia berada di balik serangan ini. Namun, Moskow membantah tuduhan tersebut.

Bantahan Moskow tidak me­nyurutkan Presiden AS Donald Trump untuk mengusir 60 diplo­mat Rusia yang ngepos di Negeri Paman Sam. Kanada mengambil langkah serupa. Ukraina akan mengusir 13 belas diplomat Ru­sia. Sementara Prancis, Jerman, dan Polandia menyatakan akan mengusir empat diplomat Rusia.

Sedangkan Lithuania dan Re­publik Ceko akan memulangkan tiga diplomat diikuti oleh Italia, Belanda, Australia, Denmark, Spanyol dan Albania yang masing-masing mendepak dua diplomat Rusia. Sementara Latvia, Ruma­nia, Finlandia, Hungaria, Estonia, Swedia, dan Norwegia mengusir seorang diplomat Rusia.

Aksi mengusir diplomat Rusia pertama kali dilakukan Inggris. Negeri Ratu Elizabeth itu telah mengusir 23 diplomat. Australia menjadi negara terbaru yang ber­gabung membela Inggris dengan mengusir dua diplomat Rusia.

Aksi pengusiran massal ini dinilai Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia merupakan langkah AS dan sekutunya terang-terangan memusuhi Moskow.

"Persahabatan (AS) ini melawan Rusia, tidak diragukan lagi, atas kasus yang semakin jauh, semakin banyak rincian yang suram. Tidak ada kasus, jadi untuk (apa) ber­bicara. Ada putusan yang dibuat tanpa investigasi," kata Nebenzia.

Nebenzia menekankan, per­mintaan Rusia untuk informasi tentang penyelidikan dugaan se­rangan racun itu telah diabaikan London. Padahal, penyelidikan itu penting untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Salisbury pada 4 Maret 2018.

"Semakin kita lanjut, semakin banyak pertanyaan muncul, ter­masuk dari saya. Apa yang terjadi sebelumnya, apakah insiden Salis­bury mendahului pengusiran para diplomat Rusia, atau apakah kepu­tusan untuk mengusir diplomat Ru­sia mendahului insiden Salisbury?" tanya Nebenzia, Selasa (27/3).

Nebenzia mengatakan, pen­gusiran terhadap para diplomat negaranya akan menjadi pukulan bagi misi diplomatik.

Rusia menegaskan akan mem­balas pengusiran diplomat mer­eka. Rusia telah mendepak 23 diplomat Inggris dari Moskow sebagai respons atas pengusiran diplomatnya dari Inggris.

"Langkah tidak bersahabat sekelompok negara-negara ini tak akan berlalu tanpa respons kami,"  bunyi pernyataan Ke­menterian Luar Negeri Rusia.

Juru bicara kantor Presiden Rusia Dmitry Peskov menye­but, langkah tersebut sebuah kesalahan dan respons Rusia akan berpedoman pada prinsip timpal balik. Peskov menyebut, Presiden Vladimir Putin akan membuat keputusan final men­genai langkah balasan tersebut.

"Hubungan sekarang menjadi lebih buruk dibandingkan saat Perang Dingin," ujar Fyodor Lukyanov, kepala Kebijakan Per­tahanan dan Dewan Luar Negeri Rusia, kelompok riset yang mem­berikan nasihat ke Kremlin.

"Pengusiran multilateral semacam ini belum pernah ter­jadi sebelumnya," tegasnya.

Pemerintah Rusia menyata­kan, solidaritas yang ditunjuk­kan negara-negara Barat telah membahayakan penyelidikan kasus peracunan Skripal dan melanggar hukum internasional. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA