Segala tuntutan ini akan diÂhadapi Viorica Dancila, yang digadang-gadang akan dipiÂlih menjadi perdana menteri (PM) Rumania yang baru. Dia akan menjadi PM perempuan pertama di Rumania. Namun, Dancila langsung dihadang sejumlah tugas berat.
Dancila, yang pemilihannya didukung Presiden Rumania Klaus Iohannis, diharap bisa membentuk pemerintahan yang solid dan segera memÂbangkitkan negara yang diseÂbut memiliki potensi ekonomi besar di Eropa ini.
Iohannis menginginkan agar pengangkatan Dancila disetuÂjui dengan cepat oleh parlemen dalam pemungutan suara yang jadwalnya akan dilaksanakan 29 Januari ini. Jika lancar, Dancila akan resmi memimpin pada 1 Februari nanti.
Keputusan Iohannis dibuat menyusul pengunduran diri Mihai Tudose. Dancila akan dinilai parlemen dan investor, apakah dia bisa menghambat atau justru memfasilitasi perÂjuangan negara-negara Uni Eropa untuk memberantas korupsi tingkat tinggi.
Sebelumnya, sudah diperÂkirakan bahwa Iohannis dapat memveto pilihan Partai Sosial Demokrat (
Social Democrats/PSD) tentang calon yang menggantikan Tudose, yang mundur karena kekalahanÂnya bersama pemimpin partai berkuasa Liviu Dragnea.
Dragnea adalah salah satu dari sejumlah anggota koalisi paling berkuasa yang diadili atas tuduhan korupsi, sementara Iohannis menjadi kritikus PSD paling vokal yang kerap menyinggung masalah korupsi.
Meski demikian, Dragnea membantah telah melakukan kesalahan. "Bagi saya sangat jelas, PSD memiliki suara mayoritas. Jadi saya menÂimbang semua argumen dan memutuskan memberi kesemÂpatan sekali lagi kepada merÂeka," tegas Iohannis kepada wartawan setelah mengadakan konsultasi dengan semua parÂtai politik, dilansir The IndeÂpendent, Minggu (21/1).
Iohannis juga mendesak PSD mulai merealisasikan janÂji kampanyenya demi rakyat Rumania. Sejumlah analis menilai, pengangkatan DanÂcila memungkinkan Dragnea memiliki lebih banyak kekuaÂtan dan berpotensi memunÂculkan kejahatan terorganisasi atau penyalahgunaan jabatan.
"Perdana menteri RumaÂnia sebenarnya adalah Liviu Dragnea. Dancila hanyalah wakilnya," ujar analis politik independen Cristian PatrasÂconiu. "Ini bisa menghambat dorongan Uni Eropa untuk melawan kebobrokan," ImÂbuhnya. ***
BERITA TERKAIT: