Penegasan itu dikeluarkan pada Jumat (5/1) menyusul banyak dorongan pengguna Twitter yang meminta perusahaan tersebut untuk mengusir Presiden Amerika Serikat Donald Trump dari platform media sosial tersebut.
"Memblokir pemimpin dunia dari Twitter atau menghapus Tweets kontroversial mereka akan menyembunyikan informasi penting yang harus dapat dilihat dan diperdebatkan orang," kata Twitter dalam sebuah posting di sebuah blog korporat.
Perdebatan mengenai cuitan Trump semakin meningkat setelah Trump mengatakan dari akun
@realDonaldTrump pada hari Selasa bahwa dia memiliki tombol nuklir yang jauh lebih besar dan lebih kuat daripada pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Kritikus mengatakan bahwa
tweet dan kehadiran Trump terus berlanjut di jaringan membahayakan dunia dan melanggar larangan Twitter terhadap ancaman kekerasan. Beberapa pengguna bahkan melakukan aksi protes di markas Twitter San Francisco pekan ini.
Perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka meninjau ulang cuitan oleh para pemimpin dunia dan memberlakukan peraturannya sesuai dengan peraturan.
"Tidak ada akun satu orang yang mendorong pertumbuhan Twitter, atau mempengaruhi keputusan ini," tambah perusahaan itu.
"Kami bekerja keras untuk tetap tidak bias dengan kepentingan publik dalam pikiran," tambah keterangan Twitter itu seperti dimuat
Reuters.
Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pernyataan Twitter tersebut.
[mel]
BERITA TERKAIT: