Hal itu dikarenakan perang melawan kelompok milita ISIS telah mendekati akhir dan fokusnya berbalik untuk membangun kembali dan memastikan militan tidak kembali.
Amerika Serikat sendiri diketahui memiliki sekitar 2.000 tentara di Suriah yang memerangi ISIS.
"Apa yang akan kita lakukan adalah bergeser dari apa yang saya sebut ofensif, bergeser dari serangan medan menyerang yang mengancam. Anda akan melihat lebih banyak diplomat Amerika Serikat di lapangan," kata Mattis.
Dia sebelumnya menyatakan bahwa pasukan Amerika Serikat akan tinggal di Suriah selama pejuang ISIS berperang dan mencegah mereka untuk kembali.
Komentarnya menandai pertama kalinya Mattis mengindikasikan akan terjadi peningkatan jumlah warga sipil di beberapa bagian negara yang direbut kembali dari militan ISIS.
"Nah, ketika Anda membawa lebih banyak diplomat, mereka mengerjakan restorasi layanan awal, mereka membawa kontraktor, hal semacam itu," katanya.
"Ada uang internasional yang harus dikelola, jadi sebenarnya ada sesuatu, itu tidak masuk ke kantong orang yang salah," tambahnya seperti dimuat Reuters.
Para kontraktor dan diplomat juga akan menghadapi tugas untuk melatih pasukan lokal untuk membersihkan alat peledak improvisasi (IED) dan membantu memastikan bahwa Negara Islam tidak merebut kembali wilayah tersebut.
"Ini adalah usaha untuk bergerak menuju normal dan membutuhkan banyak dukungan," kata Mattis.
Tidak jelas berapa banyak diplomat Amerika Serikat yang akan bertugas di Suriah atau kapan hal itu akan dilakukan.
[mel]
BERITA TERKAIT: