Rudal tersebut terbang di atas Jepang dan mendarat di Samudera Pasifik, sekitar 2.000 km timur Hokkaido. Demikian Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga, kepada wartawan.
Tes rudal balistik Korea Utara yang terakhir pada tanggal 29 Agustus juga terbang di atas Pulau Hokkaido, utara Jepang, sebelum tercebur di Samudra Pasifik.
Peluncuran dilakukan Pyongyang setelah tes bom nuklir keenam pada Minggu 3 September lalu.
Militer Korea Selatan mengatakan, rudal tersebut mencapai ketinggian sekitar 770 Km, menempuh jarak 3.700 Km, sebelum mendarat di laut lepas Hokkaido.
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, mengatakan negaranya akan tidak pernah mentolerir tindakan provokatif berbahaya semacam ini.
Sedangkan Korea Selatan menanggapi tindakan tersebut dalam beberapa menit, dengan menembaki dua rudal balistik dalam sebuah simulasi.
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, mengadakan pertemuan darurat dewan keamanan nasional, di mana dia mengatakan bahwa dialog dengan Korea Utara tidak mungkin terjadi dalam situasi seperti ini.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, mengecam peluncuran tersebut. Atas permintaan AS dan Jepang, Dewan Keamanan PBB akan bertemu Jumat malam di New York.
Rex Tillerson pun menaruh beban tanggung jawab terbesar untuk merespons secara keras tindakan Korea Utara pada pundak China dan Rusia, mitra ekonomi utama Korea Utara.
"Mereka harus menunjukkan intoleransi mereka terhadap peluncuran rudal sembarangan ini dengan melakukan tindakan langsung mereka sendiri," katanya.
Dia mengatakan, China memasok Korea Utara dengan sejumlah besar minyak, sementara Rusia adalah negara yang memperkerjakan banyak orang Korea Utara.
Dikabarkan
Reuters, militer Korea Selatan menyatakan peluncuran tersebut terjadi dari distrik Sunan, Pyongyang, tepat sebelum pukul 07.00 waktu setempat. Sunan adalah kawasan di mana Bandara Internasional Pyongyang berdiri, sekitar 24 Km ke utara dari pusat kota Pyongyang.
Kalangan pengamat mengatakan, rudal tersebut adalah rudal balistik jarak menengah (IRBM) meski pejabat Jepang yakin ada kemungkinan rudal balistik antar benua (ICBM).
Peluncuran terbaru ini membuktikan bahwa Pangkalan Militer AS di Guam, Samudera Pasifik, berada dalam jangkauan serangan Korea Utara.
Guam yang berjarak 3.400 Km dari Pyongyang pernah menjadi sasaran ancaman Korea Utara untuk menanggapi latihan militer besar-besaran Korea Selatan dan Amerika Serikat.
[ald]
BERITA TERKAIT: