Ini Isi 20 Menit Percakapan Moon Jae In Dan Shinzo Abe

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Senin, 04 September 2017, 14:25 WIB
Ini Isi 20 Menit Percakapan Moon Jae In Dan Shinzo Abe
Moon Jae-in/net
rmol news logo Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, dan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, menyepakati untuk bersama mendorong sanksi lebih keras dari Perserikatan Bangsa Bangsa terhadap Korea Utara.

Korea Utara melakukan uji coba nuklir keenam pada Minggu kemarin (3/9), memicu gempa berkekuatan 6,3 dengan kedalaman 23 kilometer di dekat lokasi uji coba nuklir Punggye-ri.

Korea Utara mengklaim bahwa bom hidrogen yang diuji berkekuatan hingga 100 kiloton. Kekuatan itu kira-kira empat sampai lima kali lebih kuat daripada bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat di Nagasaki Jepang.

Juru bicara kepresidenan Korea Selatan, Park Su-hyun, menyatakan Moon dam Abe sepakat untuk bekerja sama lebih erat satu sama lain dengan Amerika Serikat dan berbagi pemahaman bahwa harus ada sanksi dan tekanan paling kuat yang diterapkan di Korea Utara

"Dan sebagai bagian dari itu mereka setuju untuk mendorong sanksi PBB yang lebih kuat," kata Park setelah Moon dan Abe berbicara sekitar 20 menit melalui telepon.

Dia juga mengatakan, tujuan sanksi yang lebih kuat adalah untuk menarik Korea Utara ke dalam dialog.

Sejak kekuasaan Kim Jong Un pada bulan Desember 2011, Korea Utara terlihat lebih gigih mempercepat program pengembangan rudalnya, jauh lebih cepat dari yang dilakukan ayahnya, Kim Jong Il. Setelah kegagalan pada tahun 2016, Korea Utara membuat kemajuan yang berani dalam program rudalnya.

Sebulan sebelumnya, pada tanggal 28 Juli, Korea Utara meluncurkan rudal balistik antar benua pertama (ICBM), yang diklaim bisa mencapai daratan AS.

Menteri Pertahanan A.S. Jim Mattis pada hari Minggu mengancam melakukan "respons militer besar-besaran" jika Korea Utara mengganggu kepentingan Amerika Serikat atau sekutu-sekutunya.

Berbicara di luar Gedung Putih, Mattis mengatakan, setiap ancaman terhadap Amerika Serikat atau wilayahnya, termasuk Guam atau sekutunya, akan disambut dengan respons militer yang besar atau sebuah respons yang efektif dan luar biasa.

"Washington tidak menginginkan penghancuran total sebuah negara, yaitu Korea Utara. Tapi seperti yang saya katakan, kita punya banyak pilihan untuk melakukannya," ujar Mattis. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA