Sebagian kalangan di AS mengkritik keras slogan itu karena "America First" terakhir digunakan pada tahun era 1930 oleh orang-orang Amerika yang mendukung fasisme dan Nazi.
Editor
New York Magazine , Andrew Sullivan, mengungkapkan keprihatinannya atas penggunaan kalimat itu walaupun sebatas "retorika kampanye".
Dalam pidato pelantikannya yang berlangsung 20 menit, Donald Trump kembali mengumandangkan langkah-langkah nasionalisnya yang keras. Ia berbicara soal mengakhiri bantuan ke luar negeri, membangun perbatasan negara, mengembalikan lapangan kerja ke warga AS sendiri, dan "totalitas kesetiaan" kepada negara.
Donald juga menegaskan, pelantikannya tidak hanya mentransfer kekuasaan dari satu partai dan presiden ke pihak lain yang terpilih lewat Pemilu, melainkan juga transfer kekuasaan "dari Washington DC" dan memberikannya kembali kepada rakyat AS.
"Mulai hari ini, visi baru akan mengatur negara kita. Mulai hari ini, itu akan menjadi hanya
America First, America First," tegas Donald.
Setiap keputusan pada perdagangan, pajak, imigrasi, dan kebijakan luar negeri akan dibuat untuk menguntungkan pekerja Amerika dan keluarga Amerika.
"Kita harus melindungi perbatasan kita dari kerusakan akibat negara-negara lain membuat produk kita, mencuri perusahaan kita dan menghancurkan pekerjaan kita," ucapnya berapi-api.
Secara sadar atau tak sadar, slogan "America First" itu bernuansa kebijakan luar negeri proteksionis dan anti-Semit. Media-media internasional seperti
The Independent dan
Mirror, pun menyorot khusus slogan tersebut dalam pemberitaan pasca inaugurasi.
Slogan "America First" pertama kali digunakan oleh gerakan anti-Semit yang mencoba untuk mencegah AS memerangi Nazi Jerman.
Slogan tersebut dipakai kalangan fasis untuk membela rezim Hitler dan menyatakannya bukan ancaman bagi warga AS.
[ald]
BERITA TERKAIT: