"Perdamaian Penegakan membutuhkan banyak goodwill dan komunikasi. Berdasarkan pengalaman bertahun-tahun dalam negosiasi lintas-selat selama karir politik saya, saya yakin bahwa aksi militer tidak dapat menyelesaikan masalah," tulis Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dalam sebuah surat kepada Vatikan dirilis oleh kantornya, Jumat (20/1).
Untuk diketahui, China menganggap Taiwan merupakan bagian dari wilayahnya yang memberontak. Karena itu, China kerap menekankan prinsip "One China" dalam setiap hubungan luar negeri, termasuk di dalamnya adalah tidak mengakui Taiwan sebagai negara.
Sedangkan Vatikan adalah salah satu dari beberapa tempat yang memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan.
China sendiri sebelumnya telah menyatakan kesiapan untuk menggunakan kekuatan militer jika Taipei mengejar untuk pelanggaran internasional "One China".
"Taiwan dan daratan China yang pernah terlibat dalam konflik zero-sum yang menyebabkan ketegangan di kawasan dan kecemasan di antara rakyat kita. Sebaliknya, saat ini orang-orang di kedua sisi Selat Taiwan menikmati kehidupan yang stabil dan pertukaran normal dalam pemerintahan damai yang terpisah," kata Tsai dalam surat yang sama.
Dia mengatakan pemerintah Taipei ingin mempertahankan lingkungan yang damai saat ini, kendati pemerintahannya tidak akan tunduk pada tekanan dari Beijing.
Komentar Tsai dipandang sebagai tindak lanjut atas pernyataan Presiden AS Donald Trump sebelum pelantikannya yang menandakan bahwa ia mungkin mengakhiri komitmen Washington untuk kebijakan One China yang telah menjadi landasan hubungan diplomatik Sino-AS selama beberapa dekade.
"Saya menyerukan lintas-selat negosiator untuk menyisihkan mantan perjanjian dan terlibat dalam dialog yang positif," kata Tsai.
[mel]
BERITA TERKAIT: