Begitu hasil studi yang dilakukan oleh LSM HAM yang menangani masalah anak-anak, Save the Children.
Dalam studi tersebut ditemukan bahwa anak-anak perempuan yang berusia setidaknya 10 tahun dipaksa untuk menikah dengan pria yang jauh lebih tua dari mereka di sejumlah negara seperti Afghanistan, Yeman, India dan Somalia.
Menurut Save the Children, pernikahan dini merupakan hal yang memprihatinkan. Hal semacam ini banyak terjadi karena masalah konflik, kemiskinan dan krisis kemanusiaan.
"Gadis-gadis yang menikah terlalu dini sering tidak dapat bersekolah, dan lebih mungkin untuk menghadapi kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan dan pemerkosaan. Mereka jatuh hamil dan terkena IMS (infeksi menular seksual) termasuk HIV," kata kata CEO Save the Children International Helle Thorning-Schmidt.
Laporan berjudul "Every Last Girl" itu mengatakan anak perempuan yang terkena dampak konflik lebih mungkin untuk menjadi pengantin anak.
Ia mengatakan banyak keluarga pengungsi menikahkan anak perempuan mereka sebagai cara untuk melindungi mereka terhadap kemiskinan atau eksploitasi seksual.
Selain itu, krisis kemanusiaan di suatu negara juga mendorong meningkatnya jumlah pengantin anak.
Seperti wabah Ebola di Sierra Leone beberapa tahun lalu di mana ditutupnya sekolah menyebabkan sekitar 14.000 kehamilan remaja.
Badan anak-anak PBB, Unicef, memperkirakan bahwa jumlah perempuan menikah di masa kecil akan tumbuh dari 700 juta saat ini menjadi sekitar 950 juta pada tahun 2030 mendatang.
[mel]
BERITA TERKAIT: