Selain ke perbatasan Suriah, kami juga mengunjungi Kota Metulla, di Distrik Utara Israel yang berbatasan dengan Lebanon.
Kawasan dengan luas sekitar 2 km persegi ini, menurut data Biro Pusat Statistik Israel pada 2003, berjumlah berpenduduk sekitar 1.400 jiwa, kebanyakan beragama Yahudi.
Dari catatan sejarah, di antaranya dari seorang pengembara dari Buckingham pada tahun 1816, dan Victor Guérin, penjelajah dan arkeolog Prancis pada 1875, dia menggambarkan, Metulla saat itu dihuni kaum Druze. Druze adalah komunitas keagamaan yang umumnya ada di Timur Tengah. Agama ini berkembang dari Syi'ah Ismailiyah, gerakan filsafat Bani Fatimiyah pada abad ke-10.
Agama ini menciptakan agama yang dipengaruhi antara lain filsafat Yunani, Gnostisisme dan Kekristenan. Kaum Druze menganggap diri mereka sebuah sekte Islam, meski mereka tidak dianggap Muslim oleh kebanyakan Muslim.
Merka kebanyakan tinggal di Lebanon, meski ada pula komunitas yang kecil di Israel, Suriah, dan Yordania. Komunitas-komunitas besar yang terdiri dari kaum ekspatriat ada di Amerika Serikat, Kanada, Amerika Latin, Afrika Barat, Australia dan Eropa. Mereka menggunakan bahasa Arab dan mengikuti pola sosial yang sangat mirip dengan orang-orang Arab lainnya dari wilayah itu. Kebanyakan Druze bahkan menganggap diri mereka Arab.
Diperkirakan ada sekitar 2,3 juta Druze di seluruh dunia, dan kebanyakan berada di Levant atau Mediterania Timur. Namun, sejumlah orang memperkirakan keseluruhan populasi Druze hanya sekitar 450.000 orang saja.
Dari perbatasan Israel-Lebanon ini, juga terlihat bagaimana posisi potensi ancaman bagi Israel, sebagaimana di perbatasan Suriah. Kedua negara ini sama-sama bergolak dengan konflik bersenjata, karena mengalami perang sipil di satu sisi, tapi juga berkonflik dengan Israel. Terutama sejak diproklamirkannya negara Israel pada 1948 dan berdirinya Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pada 1964.
Jejak konflik lainnya bisa dilihat saat terjadinya Perang Israel-Lebanon pada 2006. Perang itu disulut insiden Zar'it-Shtula pada 12 Juli 2006. Saat itu, militan Syiah Lebanon, Hezbollah, menembakkan roket-roket mereka ke sejumlah posisi militer di dekat pantai dan perbatasan Israel, di Desa Zar'it.
Selain itu, kelompok Hezbollah lainnya menerobos perbatasan Israel dan menyerang dua kendaraan Angkatan Darat Israel. Akibatnya, tiga tentara Israel tewas dan dua tentara Israel lainnya ditahan.
Sebagai reaksi, Israel pun membalas dengan serangan udara dan pengerahan artileri besar-besaran ke Lebanon. Setidaknya 1.100 orang tewas, termasuk para kombatan dan mengakibatkan sekitar 1 juta mengungsi.
Di pihak Israel, dilaporkan 42 warga sipil tewas dan mengungsinya sekitar setengah juta warga Israel. Konflik ini diselesaikan melalui gencatan senjata oleh PBB pada 14 Agustus 2006.
Selesai
BERITA TERKAIT: