Publikasi data mentah itu dapat membuka peluang untuk analisis independen. Sampai saat ini, pemerintah Malaysia yang bertanggung jawab atas penyelidikan, dan Inmarsat, perusahaan Inggris yang membantu melacak rute terakhir pesawat, menolak untuk mempublikasikannya.
"Hal ini konsisten dengan pendirian kami untuk transparansi yang lebih besar dan mengedepankan kepentingan anggota keluarga dari orang-orang di pesawat MH370," kata Menteri Transportasi Malaysia, Hishammuddin Hussein, Senin (19/5).
Pesawat hilang setelah terbang dari Kuala Lumpur ke Beijing pada 8 Maret lalu. Sampai sekarang, bagaimana nasib 239 orang di atas pesawat itu terus menggantung, walaupun dunia internasional sudah menganggap mereka tak akan selamat.
Kerabat korban dan para ilmuwan yang mempelajari hilangnya pesawat, serta media masa yang meliput pencarian, menjadi semakin kritis belakangan ini terkait kurangnya informasi publik. Mereka bertanya-tanya mengapa pencarian difokuskan pada bagian selatan Samudra Hindia .
Hishammuddin mengatakan, negaranya tidak memiliki data mentah dari Inmarsat. Dia memerintahkan Departemen Penerbangan Sipil Malaysia untuk membahasnya dengan perusahaan tersebut.
"Permintaan untuk data mentah, berarti kita membutuhkan bantuan dari Inmarsat untuk menyampaikan kepada keluarga dengan cara yang baik, " kata seorang pejabat senior Malaysia, yang dikutip
CNN.
"Kami berusaha untuk menjadi setransparan mungkin . Kami tidak memiliki masalah untuk merilis data," tegasnya.
Meskipun pejabat Malaysia mengatakan kepada
CNN bahwa pemerintah mereka tidak memiliki data mentah, namun pejabat Inmarsat sudah menegaskan bahwa perusahaannya memberi semua informasi ke para pejabat Malaysia pada tahap awal pencarian.
"Kami telah berbagi informasi yang kita miliki, dan itu untuk penyelidikan," kata Senior Vice President Inmarsat, Chris McLaughlin, pekan lalu.
Data yang digunakan menyimpulkan pesawat itu berada pada suatu tempat atau berakhir di Samudera Hindia bagian selatan.
[ald]
BERITA TERKAIT: