Dalam konferensi persnya saat melakukan lawatan kenegaraan di Seol, Korea Selatan, Jumat (25/4), presiden kulit hitam AS pertama itu mengatakan bahwa mungkin sudah waktunya "jeda" dalam negosiasi yang dibantu AS.
"Ada satu titik di mana hanya perlu jeda dan kedua belah pihak (Israel dan Palestina) perlu melihat alternatif lain," katanya, seperti dilansir dari The Globe and Mail (Sabtu, 26/4).
Israel menduga penghentian perundingan damai oleh AS ini terjadi karena dua kelompok Palestina yang kerap berseteru, yaitu Fatah yang dimotori oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas, dan Hamas sebagai kelompok militan yang menentang Israel, mengumumkan kesepakatan rekonsiliasi.
Di sisi lain, Israel bersama AS dan Uni Eropa, menganggap Hamas sebagai organisasi teroris.
"Ini hanya salah satu dari serangkaian pilihan, yang baik Israel dan Palestina telah membuatnya tidak kondusif untuk memecahkan krisis ini," lanjut Obama.
Ia menggambarkan tindakan Presiden Palestina Mahmod Abbas tidak membantu proses perdamaiannya dengan negara Yahudi tersebut.
Namun dalam hal ini para pejabat Palestina menegaskan, rekonsiliasi adalah persoalan internal dan ini akan membuat rakyat Palestina bersatu untuk memperkuat perdamaian.
[ald]
BERITA TERKAIT: