Pembebasan Muhammad Hosni Sayyid Mubarak dari ancaman hukuman seumur hidup terjadi tidak lama setelah berdirinya pemerintahan sementara oleh militer yang mengkudeta Presiden Mohammad Morsy. Muncul opini bahwa bebasnya Mubarak karena pengaruh militer Mesir.
Namun, hal itu dibantah oleh Direktur Peneliti Kawasan Asia dari Universitas Cairo, Prof Mohammed Selim.
"Mubarak dibebaskan oleh pengadilan, bukan militer. Saya berani mengatakan jika ia dan rezimnya di Mesir sudah habis" tegasnya dalam public lecture "Egypt: What's Next" di FISIP UIN, Jakarta, Selasa (27/08).
"Kami mempunyai hakim dan jaksa yang bagus dan kompeten. Dalam hukum Mesir, jika dalam dua tahun tidak ada keputusan final maka dia akan dilepaskan, dan ia (Mubarak) telah berada dipenjarakan untuk 2 tahun 5 bulan," terangnya.
Selim menambahkan, para pelaku gelombang revolusi Mesir yang menjatuhkan Mubarak pada Februari 2011 tidak akan membiarkan Mubarak kemballi ke pemerintahan.
"Inilah yang kita sebut kebetulan. Mubarak tidak akan kembali ke pemerintahan, para pemuda yang menuntut revolusi pada 2011 tidak akan membiarkan itu terjadi dan Mubarak juga tidak akan mau karena reputasinya sudah hancur," jelasnya lagi.
"Jika orang dari pihak militer berani mengajukan calon untuk pemilu tahun depan, warga Mesir akan melawan," tegasnya.
[ald]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: