Sebelumnya terlihat kepulan asap tebal dari Nahda Square dan dilaporkan bahwa ada rentetan tembakan gas air mata dan senapan angin yang digunakan untuk mengusir pendukung mantan Presiden Morsy.
"Banyak orang yang tewas sekarang, kami bisa mengharapkan yang terburuk kali ini," ujar warga bernama Laila, seorang anggota Aliansi Anti-Kudeta Mesir yang juga pendukung Morsy, seperti dilansir dari Aljazeera, Rabu (14/08).
"Yang terjadi saat ini adalah pelanggaran atas hak asasi manusia," sambungnya lagi.
Kantor berita
Reuters melansir setidaknya 15 orang tewas dalam kejadian tersebut. Sementara Laila sendiri memperkirakan setidaknya ada 16 orang.
Media setempat mengkonfirmasi bahwa pasukan keamanan memang mulai melakukan pembubaran demontstran, dan sebelumnya ada dua polisi yang tewas terbunuh dalam operasi itu.
Tentara dan polisi Mesir menggunakan tangan besi untuk membubarkan demonstran pendukung presiden terguling Muhammad Morsy dan simpati Ikhwanul Muslimin.
Yang paling mencolok ketika mereka menembaki massa tanpa ampun sehingga menewaskan sekitar 80 orang dalam unjuk rasa 27 Juli lalu. Pembantaian itu mengundang kutukan dunia.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengutuk gelombang terbaru kekerasan di Mesir. Dia meminta pihak berwenang Mesir untuk bertindak dengan menghormati sepenuhnya hak asasi manusia, termasuk menjamin hak kebebasan berbicara dan berkumpul di Mesir.
Pada saat yang sama dia mendesak para demonstran untuk menahan diri dan menjaga sifat damai atas protes mereka.
[ald]
BERITA TERKAIT: