Aquino mengirimkan seÂorang utusan pribadi berÂpeÂngaruh ke Taipei, Senin (22/1), untuk menjelaskan mengapa Manila bulan lalu memuÂlangÂkan ke China 24 tersangka penipuan, termasuk 14 diduga warga Taiwan.
“Tampaknya misi itu tidak berhasil. Mereka meminta kita untuk meminta maaf. Saya tidak yakin ada sesuatu yang membuat kita harus meminta maaf, mengingat keadaan,†kata Aquino, kemarin.
Manila mengatakan, pihakÂnya berhak bertindak berÂdasarkan peringatan Interpol, menangkap tersangka dan mendeportasi mereka ke ChiÂna setelah para tersangka TaiÂwan gagal menunjukkan surat-surat identitas mereka berasal dari pulau itu.
“China datang kepada kami dan memberitahu kami tenÂtang keberadaan sindikat itu. Kami menangkap (para terÂsangka), kami mengumpulkan bukti. Kami mengirim pesan, Filipina bukan tempat yang aman bagi para penjahat,†tambah Aquino.
Presiden Taiwan Ma Ying-jeou marah-marah saat berÂtemu Manuel Roxas, utusan resmi Aquino dan kepala parÂtai berÂkuasa Partai Liberal. Hal ini tampak jelas dalam siaran telÂeÂvisi lokal Taiwan, Selasa (22/2).
Menteri Tenaga Kerja TaiÂwan Wang Ju-Hsuan menamÂbahÂkan, negara tengah memÂpertimbangkan membekukan pengiriman pekerja Filipina sebagai pemÂbalasan, mesÂkipun keputusan akhir belum dibuat.
“Jika mereka membekukan penyewaan pekerja Filipina, kita akan ... mencari tempat lain untuk penyebaran meÂreka. Ada wilayah lain misalÂnya yang telah menyatakan keÂinginan (mereka) untuk memÂpekerjakan pekerja FiliÂpina di luar negeri,†kata Aquino tanpa menjelaskan lebih lanjut.
China dan Taiwan telah diperintah secara terpisah sejak akhir perang sipil pada 1949, meskipun Beijing mengÂklaim pulau itu. Filipina memiliki hubungan formal dengan ChiÂna, tetap memelihara huÂbuÂngan ekonomi dan budaya dengan Taiwan. Terdapat sekiÂtar 70.000 pekerja Filipina di Taiwan, dan mereka mengirim ratusan juta dolar setahun ke negerinya.
[RM]
BERITA TERKAIT: