"Kalau mengutip pernyataan Pak Anis Baswedan, demokrasi yang terjadi di Indonesia ini ibarat kran air yang terlalu dibuka hingga dol. Jadi kitanya belum siap berdemokrasi tapi demokrasi yang ada sudah terlalu kuat sehingga amburadul," kata Sulis kepada
RMOL (Kamis, 16/10).
Kendati demikian bukan berarti dirinya apatis dan cuek dengan keadaan Indonesia saat ini. Pelantun lagu-lagu religi itu justru berharap agar ada pemimpin-pemimpin bangsa yang bisa menjadi teladan dan mengawal demokrasi di Indonesia dengan baik.
Ia mengapresiasi penyelenggaraan pesta demokrasi yang digelar beberapa waktu lalu. Menurutnya, partisipasi dan keterilibatan generasi muda jelas terlihat dalam penyelenggaraan pemilu kemarin. Hal itu, jelasnya, menunjukkan adanya semangat dan harapan baru masyarakat, khususnya generasi muda pada tokoh-tokoh pemimpin selanjutnya.
Sulis yang namanya melejit setelah berduet dengan penyanyi religius Haddad Alwi dalam album-album Cinta Rasul itu juga menekankan, terutama kepada umat Muslim agar bisa lebih menerima perbedaan.
"Jangan sampai jika kita memiliki pemimpin yang berbeda keyakinan membuat kita tidak patuh," kata Sulis.
"Yang terpenting lihatlah bagaimana cara ia memimpin, jangan lihat agamanya. Yang harus ditolak adalah segala hal yang berdampak pada runtuhnya NKRI," sambungnya.
Wanita berhijab ini juga menuturkan harapannya agar demokrasi di Indonesia dapat lebih matang serta isu SARA dan kampanye hitam tidak lagi terjadi.
"Kalau kita ingin positif tapi dengan menjunjung tinggi negativitas seseorang, maka perlu dipertanyakan lagi sisi positif orang tersebut," tandasnya.
[mel]
BERITA TERKAIT: