Dikutip dari
Reuters, harga minyak mentah Brent naik tipis 4 sen menjadi 67,48 Dolar AS per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 2 sen menjadi 63,32 Dolar AS per barel.
Pada Senin, Brent ditutup naik 45 sen di 67,44 Dolar AS, dan WTI naik 61 sen di 63,30 Dolar AS.
Pergerakan harga minyak ini masih sangat dipengaruhi oleh konflik Rusia-Ukraina.
Ukraina belakangan meningkatkan serangan ke infrastruktur energi Rusia, yang memicu kekhawatiran pasokan minyak global terganggu. Rusia sendiri adalah salah satu produsen minyak terbesar dunia dengan kontribusi lebih dari 10 persen produksi global.
Analis pasar dari IG, Tony Sycamore, menyebut faktor ini sebagai pendorong utama kenaikan harga minyak.
"Meningkatnya kekhawatiran akan gangguan pasokan dari Rusia, produsen utama yang menyumbang lebih dari 10 persen produksi minyak global, turut mendorong harga minyak," ujar Sycamore.
Dari sisi politik, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan Washington tidak akan menambah tarif untuk barang-barang China guna menekan pembelian minyak Rusia, kecuali jika negara-negara Eropa juga ikut mengenakan bea tinggi terhadap China dan India.
Selain itu, investor menunggu keputusan Federal Reserve AS pada pertemuan 16-17 September. Bank sentral AS diperkirakan akan memangkas suku bunga. Jika benar terjadi, biaya pinjaman akan lebih murah, yang bisa meningkatkan permintaan energi.
Sycamore menambahkan, dorongan di lasar minyak juga terjadi karena adanya pelemahan Dolar AS.
"Dolar AS yang melemah, didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve minggu ini, semakin mendukung minyak mentah," ujarnya.
BERITA TERKAIT: