Dikutip dari
Reuters, harga minyak mentah Brent naik 83 sen atau 1,2 persen, menjadi 68,05 Dolar AS per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 90 sen atau 1,4 persen, ditutup di 64,15 Dolar AS per barel.
Kenaikan ini dipicu oleh penurunan persediaan minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan. Menurut Badan Informasi Energi AS (EIA), stok minyak mentah turun 2,4 juta barel menjadi 418,3 juta barel minggu lalu. Padahal, para analis sebelumnya memperkirakan penurunan hanya sekitar 1,9 juta barel.
Selain itu, stok bensin AS juga turun 1,2 juta barel, meski lebih kecil dari perkiraan penurunan 2,2 juta barel. Sementara itu, stok distilat -- termasuk solar dan minyak pemanas -- merosot 1,8 juta barel, berbeda jauh dari ekspektasi kenaikan sekitar 885.000 barel.
Menurut Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group, tingginya permintaan bensin menunjukkan banyak orang bersiap bepergian menjelang akhir pekan Hari Buruh, yang biasanya menjadi puncak musim berkendara di AS.
Keputusan Presiden AS Donald Trump menggandakan tarif impor dari India hingga 50 persen juga ikut mempengaruhi pasar. Kebijakan ini merupakan respons atas pembelian minyak Rusia oleh India dan mulai berlaku pada Rabu.
"Meski belum ada tanda-tanda gangguan pasokan, ketidakpastian mengenai apakah AS akan menargetkan aliran minyak membuat sebagian pedagang ragu mengambil posisi baru," ujar Giovanni Staunovo, analis UBS.
Menurut Kementerian Keuangan India, dampak langsung tarif AS terhadap ekspor minyak India memang terbatas, namun efek berantai terhadap perekonomian lebih luas bisa menjadi tantangan ke depan.
BERITA TERKAIT: