Dikutip dari
Reuters, harga minyak mentah Brent naik 83 sen atau 1,2 persen, menjadi 67,67 Dolar AS per barel -- tertinggi dalam dua minggu terakhir. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 81 sen atau 1,3, ditutup naik 63,52 Dolar AS per barel.
Pasar minyak bergerak hati-hati karena proses perdamaian Ukraina masih belum jelas. Banyak investor berharap Presiden AS Donald Trump segera memediasi penyelesaian perang Rusia-Ukraina, tapi situasinya malah makin rumit.
Baik Moskow maupun Kyiv saling menyalahkan atas macetnya proses perdamaian. Pada Kamis, Rusia melancarkan serangan udara besar di dekat perbatasan Ukraina dengan Uni Eropa, sementara Ukraina mengklaim telah menyerang kilang minyak Rusia.
“Sejumlah premi risiko geopolitik perlahan-lahan dipompa kembali ke pasar,” ujar firma penasihat perdagangan minyak Ritterbusch and Associates.
Analis Tamas Varga dari PVM Oil Associates menambahkan, kebuntuan perundingan damai memunculkan kembali potensi sanksi baru terhadap Rusia, yang bisa membuat pasokan minyak global makin ketat.
Selain faktor geopolitik, kenaikan harga minyak juga dipicu oleh penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan. Menurut laporan Badan Informasi Energi AS (EIA), persediaan minyak mentah turun 6 juta barel pada pekan yang berakhir 15 Agustus, padahal analis hanya memperkirakan penurunan 1,8 juta barel.
“Stok domestik yang ketat ini sangat kontras dengan proyeksi kelebihan pasokan pada 2026, sehingga menantang ekspektasi pasar yang lebih luas,” kata analis StoneX, Alex Hodes.
Sementara itu, pelaku pasar juga menunggu konferensi ekonomi Jackson Hole di Wyoming. Pertemuan tahunan para bankir sentral ini dimulai Kamis, dan Ketua The Fed Jerome Powell dijadwalkan menyampaikan pidato penting pada Jumat.
Investor berharap mendapat petunjuk soal kemungkinan penurunan suku bunga The Fed bulan depan.
BERITA TERKAIT: