Penurunan ini terjadi karena para pedagang menunggu laporan persediaan minyak dari Badan Informasi Energi (EIA) Amerika Serikat, sambil memprediksi turunnya permintaan saat musim panas di AS berakhir awal September mendatang.
Dikutip dari
Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup di 66,12 Dolar AS per barel, turun 51 sen atau 0,77 persen. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berakhir di 63,17 Dolar AS, turun 79 sen atau 1,24 persen.
Menurut John Kilduff dari Again Capital, penurunan ini wajar karena faktor musiman.
"Kami tidak mendapatkan dorongan apa pun dari pasar saham, padahal laporan inflasi positif dan menunjukkan adanya penurunan suku bunga," ujarnya.
Di sisi lain, inflasi konsumen AS pada Juli naik, dipicu kenaikan biaya impor akibat tarif baru. Kenaikan ini menjadi yang terbesar dalam enam bulan terakhir untuk ukuran inflasi inti.
Kilduff menyebut permintaan solar, yang sebelumnya mendorong kebutuhan minyak, mulai melemah. Data persediaan dari American Petroleum Institute (API) dan EIA yang dirilis Selasa dan Rabu diperkirakan akan menunjukkan tanda-tanda penurunan permintaan.
Laporan terbaru OPEC dan EIA memperkirakan produksi minyak global akan naik tahun ini. Namun, pada 2026, produksi minyak AS diperkirakan turun, sementara negara lain akan meningkatkan produksinya.
OPEC memproyeksikan permintaan minyak dunia pada 2026 naik 1,38 juta barel per hari, lebih tinggi 100.000 barel dari perkiraan sebelumnya. Untuk tahun 2025, proyeksi permintaan tidak berubah.
EIA memperkirakan produksi minyak mentah AS pada 2025 mencapai rekor 13,41 juta barel per hari berkat peningkatan produktivitas sumur. Namun, harga minyak yang lebih rendah diperkirakan membuat produksi turun pada 2026.
BERITA TERKAIT: