Saat jumpa pers usai rilis data Badan Pusat Statistik (BPS), Airlangga menyebut Indonesia kembali ke jalur pertumbuhan di atas 5 persen.
“Alhamdulillah kita kembali ke jalur 5 persen, jadi 5,12 persen,” ujar Airlangga di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Selasa, 5 Agustus 2025.
Ia menyoroti ketidakpastian ekonomi global masih terus berlanjut, namun ada sinyal positif dari berakhirnya ketegangan dagang terkait tarif Trump.
“Tadi kita lihat pengumuman dari BPS dan kalau kita lihat situasi ekonomi global untuk triwulan II masih tetap meninggalkan ketidakpastian dan juga tidak bisa diprediksi. Namun ada satu hal yang juga menjadi sinyal yaitu terkait tarif Trump itu sudah bagian selesai atau dianggap selesai,” jelasnya.
Airlangga juga menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi global diperkirakan meningkat.
“Kita lihat pertumbuhan ekonomi global dari sisi trade diprediksi akan ada peningkatan dan juga kalau kita lihat berbagai negara pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan akan naik di 3 persen dan juga terkait dengan pertumbuhan di Amerika yang diprediksi 1,8 dan di China 4,8 persen,” sambungnya.
Dari sisi sektor eksternal, Indonesia dinilai masih menjaga ketahanan ekonomi. Adapun cadangan devisa masih 152,6 miliar dolar AS, kemudian juga neraca perdagangan juga relatif baik.
"Lalu ekspor dan impor secara YoY, neraca perdagangan selama 62 bulan juga terjaga surplus di angka 10,9 bilion di grup 1, dan rasio utang kita juga masih relatif terjaga 30 persen,” paparnya.
Ia menambahkan bahwa target pemerintah pada semester II sebesar 5,2 persen masih realistis. Airlangga juga menyoroti posisi Indonesia yang berada di atas banyak negara lain.
“Indonesia hanya di bawah Cina yang 5,2, beberapa negara di bawah kita mulai Malaysia, Singapura, kemudian berbagai negara lain termasuk Amerika yang dua persen. Kemudian Korea juga relatif rendah. Sehingga di antara negara G20 dan ASEAN kita salah satu yang tertinggi,” katanya.
Secara regional, pertumbuhan ekonomi juga positif. Begitupun dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga tetap kuat.
“Kita lihat daripada konsumsi rumah tangga masih positif di 4,97 dan ini share-nya 54,25 persen,” ujarnya.
Sementara itu, konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh 7,82 persen. Namun untuk konsumsi pemerintah sedikit terkoreksi.
“Konsumsi pemerintah dibandingkan tahun lalu memang minus 0,33 karena tahun lalu itu ada pemilu sehingga spending-nya besar,” katanya.
Dari sisi investasi, pertumbuhan tercatat 6,99 persen, sedangkan ekspor barang dan jasa tumbuh 10,67 persen dan impor 11,65 persen.
“Sehingga tentu ke depan kita akan terus dorong konsumsi, meningkatkan utilitas dan menciptakan lapangan kerja untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang,” tutup Airlangga.
BERITA TERKAIT: