Wanti-wanti dia sampaikan menyusul pengenaan tarif resiprokal AS untuk Indonesia sebesar 32 persen yang akan berlaku mulai 1 Agustus 2025.
"Tidak akan ada fair deal dengan Trump. Kita jangan terlalu generous buat Trump, sementara tetap saja dalam kondisi tidak pasti," tegas Prof Syafruddin Karimi kepada wartawan, Rabu 9 Juli 2025.
Ia mengatakan cara Trump memainkan pasar dagang dunia seolah AS menjadi korban dengan menekan seluruh negara agar mengikuti kebijakannya.
"Trump tampilkan AS sebagai korban perdagangan unfair. Namun yang dia mau submissive trade di mana setiap negara berserah diri saja pada kemauan kebijakan Trump secara sepihak," katanya.
"Kalau nanti dia masih belum puas, dia dengan mudah cari kesalahan pada negara lain. AS tak pernah salah," sambungnya.
Prof Syafruddin menyampaikan deal Vietnam dengan AS yang dipersepsikan fair padahal AS mengenakan tarif 20 persen sementara Vietnam harus memberlakukan zero tarif.
Oleh sebab itu, menurut Prof Syafruddin, pemerintah RI tidak perlu melakukan negosiasi dan berharap AS menurunkan tarif.
"Ini yang fair dalam kepala Trump. Bila negara berkoalisi dengan BRICS, Trump mengancam tarif tambahan 10 persen. Negara-negara dunia, khususnya global south jangan pernah terlanjur berharap positif dari AS selama masih dipimpin oleh Trump yang lebih banyak buat kegaduhan, ketidakpastian, dan ketidakstabilan," tutupnya.
BERITA TERKAIT: