Perkiraan itu berdasarkan survei Asosiasi Perusahaan Pertanian Jepang terhadap 188 anggotanya. Hasilnya, 41 persen petani memprediksi harga beras tahun 2026 akan lebih rendah dari tahun 2025. Sementara itu, 22,9 persen justru memperkirakan harga akan naik.
Namun untuk tahun 2025 ini, 72,3 persen responden meyakini harga beras akan lebih tinggi dibanding harga tahun 2024.
Dikutip dari Japan Times, Senin 2 Juni 2025, lebih dari separuh responden (53,7 persen) menilai harga beras tahun ini terlalu tinggi. Untuk harga di tingkat produsen, 45,2 persen petani menyebut kisaran 20.000 hingga 25.000 Yen per 60 kilogram. Dibanding tahun 2023, 38,3 persen petani menyebut harga naik sekitar 5.000-10.000 Yen, dan 5 persen menyebut kenaikan hingga 15.000-20.000 Yen.
Para petani juga menyampaikan sejumlah kekhawatiran, seperti tingginya biaya konstruksi dan mesin, kekurangan tenaga kerja, serta risiko penurunan harga akibat kelebihan produksi.
Survei ini dilakukan di tengah rekor tertinggi harga beras di Jepang. Untuk meredam lonjakan harga, pemerintah mulai mengedarkan cadangan beras ke pasar. Pada hari Sabtu, beberapa pengecer bahkan mulai menjual beras dari stok pemerintah langsung ke konsumen untuk pertama kalinya.
BERITA TERKAIT: