Investor ramai-ramai melepas mata uang tersebut menyusul pernyataan Trump yang akan menetapkan tarif sebesar 50 persen terhadap Uni Eropa mulai 1 Juni mendatang.
Dalam unggahan di akun media sosialnya, ia mengatakan, "Uni Eropa sangat sulit diajak bekerja sama" dan bahwa "pembicaraan kami dengan mereka tidak mengalami kemajuan."
Selain ancaman tarif 50 persen untuk barang-barang Uni Eropa, Trump juga mengancam akan mengenakan tarif 25 persen terhadap iPhone buatan Apple yang tidak diproduksi di AS.
Indeks Dolar AS (Indeks DXY), yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, turun 0,8 persen menjadi 99,09, menyentuh level terendah tiga minggu.
Dalam sepekan, indeks ini telah turun 1,9 persen, menandai penurunan mingguan terbesar sejak awal April.
Analis mengatakan, yang membebani Dolar AS saat ini adalah hilangnya kepercayaan terhadap kebijakan AS.
"Perang dagang yang berlangsung membuat negara-negara mulai mengevaluasi kembali ketergantungan mereka pada Amerika Serikat," ujar Elias Haddad, ahli strategi pasar senior di Brown Brothers Harriman di London,dikutip dari Reuters.
Dolar melemah 1 persen terhadap Yen Jepang yang dikenal sebagai mata uang safe haven, menjadi 142,48, setelah sebelumnya sempat menyentuh level terendah dua minggu.
Dalam sepekan, Dolar AS turun 2,2 persen terhadap Yen.
Euro menguat 0,8 persen terhadap Dolar AS menjadi 1,1363 Dolar AS. Sebelumnya Euro menyentuh level tertinggi dua minggu, dan berada di jalur untuk kenaikan mingguan terbesar dalam enam minggu terakhir.
Pasar saham AS juga mengalami penurunan bersamaan dengan melemahnya Dolar.
Jayati Bharadwaj, ahli strategi valuta asing global di TD Securities, mengatakan bahwa pelemahan dolar dan saham secara bersamaan menyoroti kegagalan dolar untuk berfungsi sebagai mata uang safe haven sepanjang tahun ini.
Poundsterling menguat 0,9 persen terhadap Dolar AS menjadi 1,3533 Dolar AS setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi dalam lebih dari tiga tahun.
Dalam sepekan, pound naik 1 persen, mencatatkan kenaikan mingguan terbesar dalam lima minggu terakhir.
BERITA TERKAIT: